Senin, 24 September 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN STENOSIS AORTA

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN STENOSIS AORTA


Oleh:
1. Muhammad Hijrah (09130002)
2. Tri Vina (09130006)
3. Abdul Syawal (09130013)
4. Ni Made Dwi Heriani (09130021)
5. Arfiyan Prayudaningtyas (09130028)
6. Ririn Sukma Wardani (09130035)
7. Nur Azizah (09130039)
8. Eddy Astrid Joko Prianto (09130045)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI
2011


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai penyakit yang hampir selalu disebabkan oleh rematik, tetapi sekarang telah lebih banyak ditemukan penyakit jatup jenis baru. Penyakit katup jantung yang paling sering dijumpai adalah penyakit katup degeneratif yang berkaitan dengan meningkatnya masa hidup rata-rata pada orang yang hidup di negara industri dibandingkan dengan yang hidup di negara berkembang. ( Price, Sylvia Anderson : 2005 )
Di Amerika Utara dan Eropa Barat, stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan penimbunan kalsium di dalam daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya gejalanya baru muncul setelah usia 70-80 tahun.
Stenosis katup aorta juga bisa disebabkan oleh demam rematik pada masa kanak-kanak. Pada keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan pada katup mitral baik berupa stenosis, regurgitasi maupun keduanya.
Pada orang yang lebih muda, penyebab yang paling sering adalah kelainan bawaan. Pada masa bayi, katup aorta yang menyempit mungkin tidak menyebabkan masalah, masalah baru muncul pada masa pertumbuhan anak. Ukuran katup tidak berubah, sementara jantung melebar dan mencoba untuk memompa sejumlah besar darah melalui katup yang kecil.
Katup mungkin hanya memiliki dua daun yang seharusnya tiga, atau memiliki bentuk abnormal seperti corong. Lama-lama, lubang/pembukaan katup tersebut, sering menjadi kaku dan menyempit karena terkumpulnya endapan kalsium.








B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Agar mahasiswa dapat membuat asuhan keperawatan pada klien stenosis aorta.
2. Tujuan Khusus :
Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan definisi stenosis aorta.
b. Mengetahui etiologi stenosis aorta.
c. Mengetahui manifestasi klinis stenosis aorta.
d. Mengetahui patofisiologi stenosis aorta.
e. Menjelaskan pathway pada klien stenosis aorta.
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien stenosis aorta.
g. Mengetahui komplikasi stenosis aorta.
h. Mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada klien stenosis aorta.
i. Mengetahui pengkajian keperawatan pada klien stenosis aorta.
j. Mengetahui diagnosa keperawatan pada klien stenosis aorta.
k. Mengetahui rencana keperawatan pada klien stenosis aorta.
l. Membuat asuhan keperawatan pada klien stenosis aorta.

















BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Stenosis Katup Aorta adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta.
Stenosis aorta merupakan penyempitan abnormal katup aorta. Sejumlah persyaratan menyebabkan penyakit yang mengakibatkan penyempitan katup aorta. Ketika derajat penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghambat aliran darah dari ventrikel kiri ke arteri, masalah jantung berkembang.

B. Etiologi
1. Kerusakan yang disebabkan oleh pemakaian yang progresif dari suatu klep bicuspid hadir sejak kelahiran (congenital).
2. Kerusakan yang disebabkan oleh pemakaian dari klep aortic pada kaum tua.
3. Luka parut dari klep aortic yang diseabkan oleh demam rhematik sebagai seorang anak atau dewasa muda

C. Manifestasi Klinis
Pada kasus stenosis aota tingkat sedang sampai berat, pasien mula-mula mengalami dispnu saat latihan, yang merupakan manifestasi dekompensasi ventrikel kiri terhadap kongesti paru. Tanda lainnya berupa pusing dan pingsan karena berkurangnya volume darah yang mengalir ke otak. Angina pektoris merupakan gejala yang sering timbul karena meningkatnya kebutuhan oksigen akibat meningkatnya beban kerja ventrikel kiri dan hipertrofi miokardium. Tekanan darah dapat turun tapi dapat juga normal; terkadang terjadi tekanan nadi yang rendah ( kurang dari 30 mmHg) karena berkurangnya aliran darah.
Pada pemerikasaan fisik dapat terdengar murmur sistolik yang keras dan kasar di daerah aorta. Suara ini terdengar sebagai murmur sistolik kresendo-dekresendo, yang dapat menyebar ke arteri karotis dan ke apeks ventrikel kiri. Murmur ini bernada rendah kasar dan bergetar. Bila kita letakkan tangan pada dasar jantung maka akan terasa getaran yang paling kuat diantara semua bunyi jantung, dan menyerupai erangan seekor kucing. Suara ini berhubungan dengan turbulensi yang diakibatkan oleh aliran darah yang melalui lumen katup yang menyempit. Bukti adanya hipertrofi ventrikel kiri dapat terlihat dengan elektrokardiogram ( EKG ) 12 lead dan ekokardiogram.
Kateterisasi jantung kiri perlu dilakukan untuk mengukur dengan akurat beratnya abnormalitas katup ini. Pengukuran tekanan diambil di ventrikel kiri dan dasar aorta. Tekanan sistolik ventrikel tentu saja lebih tinggi dari tekanan di aorta selama sistole.

D. Patofisiologi
Stenosis katub aorta adalah penyempitan lumen antara ventrikel kiri dan aorta. Pada orang dewasa stenosis bias merupakan kelainan bawaan atau dapat sebagai akibat dari endokarditis remaitik atau kalsifikasi kuspis dengan penyebab yang tidak di ketahui penyempitan terjadi secara progresif selama beberapa tahun atau beberapa puluh tahun.
Bilah-bilah katup aorta saling menempel dan menutup sebagian lumen diantara jantung dan aorta. Ventrikel kiri mengatasi hambatan sirkulasi ini dengan berkontraksi lebih lambat tapi dengan energy yang lebih besar dari normal, mendorong darah melalui lumen yang sangat sempit. Mekanisme kompensasi jantung mulai gagal dan muncullah tanda-tanda klinis.
Obstruksi jalur aliran aorta tersebut menambahkan beban tekanan ke ventrikel kiri, yang mengakibatkan penebalan dinding otot. Otot jantung menebal (hipertrofi) sebagai respon terhadap besarnya obstruksi; terjadilah gagal jantung bila obstruksinya terlalu berat.













E. Pathway
Malformasi katup stenosis kongenital,
Inflamasi rematik, kalsifikasi katup degeneratif

Stenosis aorta

Menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri
Ke aorta pada waktu sistolik

curah jantung tekanan ventrikel kiri
vasodilatasi aktivitas fisik hipotensi sistemis dilatasi dan kontraktilitas
perasaan lelah dan lemah tekanan darah hipertrofi ventrikel kiri
intoleransi aktivitas sinkop kebutuhan O2
hipoksia miokardium
hipertensi ventrikel nyeri dada

tekanan arteri koroner pernafasan menurun

aliran darah koroner pola nafas tidak efektif


Gagal jantung kiri

Gangguan sirkulasi
Gangguan perfusi jaringan
Gangguan supply darah ke seluruh tubuh
Suplai O2 otak
Sinkop




F. Pemerikasaan Penunjang
1. Electrocardiogram (EKG): EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik jantung. Pola-pola abnormal pada EKG dapat mencerminkan suatu otot jantung yang menebal dan menyarankan diagnosis dari aortic stenosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang, kelainan konduksi elektrik dapat juga terlihat.
2. Chest x-ray: chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan jantung yang normal. Aorta diatas klep aortic seringkali membesar. Jika gagal jantung hadir, cairan di jaringan paru dan pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar di daerah-daerah paru bagian atas seringkali terlihat.
3. Echocardiography: Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound untuk memperoleh gambar-gambar (images) dari ruang-ruang jantung, klep-klep, dan struktur-struktur yang mengelilinginya. Ii adalah suatu alat non-invasive yang berguna, yang membntu dokter-dokter mendiagnosa penyakit klep aortic. Suatu echocardiogram dapat menunjukan suatu klep aortic yang menebal dan kalsifikasi yang membuka dengan buruk. Ia dapat juga menunjukan ukuran dan kefungsian dari ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut Doppler dapat digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep aortic dan untuk menaksir area klep aortic.
4. Cardiac catheterization: Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi aortic stenosis. Tabung-tabung plastik berongga yang kecil (catheters) dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep aortic dan kedalam ventricle kiri. Bersama tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari klep aortic. Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep aortic dapat juga diukur menggunakan suatu kateter khusus.

G. Komplikasi
a. Gagal ventrikel kiri
b. Aritmi-dapat mati mendadak
c. Fibrilasi atrium
d. Endokarditis infektif
e. Sinkop

H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Terapi Umum
1. Istirahat
• Mengobati penyakit dasarnya
• Terapi gagal jantung dan angina
• Menghindari latihan berat.
2. Diet
3. Medikamentosa
Obat pertama :
• Digoksin
• Antibiotik
4. Operasi
Pergantian katup

I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat :
Gejala : kelelahan, kelemahan.
Tanda : takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan aktivitas.
b. Sirkulasi :
Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi, jatuh pingsan.
Tanda : takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal.
c. Eliminasi :
Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlah urine.
Tanda : urin pekat gelap.
d. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakkan menelan, berbaring.
Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah.
e. Pernapasan
Gejala : napas pendek
Tanda : dispnea, batuk, pernapasan dangkal.
f. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum pasien tampak lemas dan wajahnya pucat.
TD : 110/90 mmHg, suhu : 380C, RR : 26x/menit, nadi : 110x/menit

2. Pemeriksaan kepala
Pada kepala berbentuk mesochepal, rambut klien tidak rontok, tidak lesi pada kulit kepala, tidak berketombe, dan tidak terdapat nyeri tekan pada kepala klien.
3. Pemeriksaan muka
Muka klien terlihat pucat, tidak lesi pada wajah klien.
4. Pemeriksaan mata
Bentuk mata simetris, sclera non ikterik, kornea jernih, pupilnya ishokor, konjungtiva anemis, palpebra normal tidak ada nyeri tekan.
5. Pemeriksaan hidung
Hidung klien berbentuk simetris, tulang hidung tidak septum deviasi, tidak ada lesi, tidak terdapat hematom, tidak ada polip dan epistaksis.
6. Pemeriksaan mulut
Mulut klien lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada lesi.
7. Pemeriksaa leher klien
Tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada kaku kuduk, reflek menelan baik.
8. Pemeriksaan dada
Inspeksi: Pergerakan pernafasan meningkat, tampak kelelahan.
Palpasi: Terdapat thriil
Perkusi: Terdengar keredupan pada daerah yang terinfeksi.
Auskultasi: Terdapat bunyi murmur yang khas dan melemah pada bunyi jantung ke 2
9. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : warna kulit abdomen normal yaitu kecoklatan lebih terang dari warna kulit lain, terlihat ada pembengkakan di perut
Auskultasi : peristaltik usus 20 kali
Palpasi : Saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : terdengar timpani
10. Pengkajian ekstremitas
Tidak ada edema, kekuatan otot lemah

J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penyempitan, iskemia jaringan.
2. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.
4. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan retensi cairan dan natrium.
5. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan.
6. kurang pengetahuan tentang kondisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan pada informasi tentang penyakit katup jantung.

K. Rencana Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penyempitan, iskemia jaringan.
Tujuan :
Nyeri hilang atau terkontrol.
Kriteria Hasil:
a. Nyeri berkurang atau hilang.
b. Klien tampak tenang.
Intervensi :
1) Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau penurun. Perhatikan petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan diam/gelisah, tegangan otot, menangis.
Rasionalisasi : Pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang dengan duduk tegak/membungkuk.
2) Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, dukungan emosional.
Rasionalisasi : Tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
3) Berikan aktivitas hiburan yang tepat.
Rasionalisasi : Mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu.
4) Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin ; antipiretik ; steroid).
Rasionalisasi : Dapat menghilangkan nyeri, menurunkan demam ; steroid diberikan untuk gejala yang lebih berat.
5) Kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
Rasionalisasi : Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.
2. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
Tujuan :
mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
Kriteria Hasil :
a. melaporkan/menunjukkan penurunan periode dispnea, angina, dan disritmia.
b. memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi :
1) Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.
Rasionalisasi : Membantu menentukan derajat dekompensasi jantung ,pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.
2) Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler.
Rasionalisasi : Menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.
3) Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4.
Rasionalisasi : Memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi misalnya : GJK, tamponade jantung.
4) Berikan tindakan kenyamanan misalnya; perubahan posisi, gosokkan punggung, dalam toleransi jantung
Rasionalisasi : Meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.
Tujuan :
Agar pasien tidak menunjukan stress pernapasan atau stress jantung
Kriteria Hasil :
a. Klien dapat istirahat dengan tenang.
Intervensi :
1. Kaji frekuensi nadi, catat peningkatan TD, dispnea atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan
Rasional : parameter menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung.
2. Pertahankan lingkungan termal yang netral.
Rasionalisasi : Hipotermia atau hipertermia akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3. Berikan periode istirahat dan hindari hal-hal yang melelahkan klien.
Rasionalisasi : Untuk mengurangi atau memperkecil kerja jantung.
4. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas
Rasional : stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.
4. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan retensi cairan dan natrium.
Tujuan :
Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran cairan
Kriteria Hasil :
1. Berat badan stabil
2. Tanda vital dalam rentang norml
3. Tidak ada edema
Intervensi :
1) Pantau pemasukan dan pengeluaran, catat keseimbangan cairan.
Rasionalisasi : penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan kefektifan terapi diuretik, keseimbangan cairan positif berlanjut (pemasukan lebih besar dari pengeluaran).
2) Timbang berat badan tiap hari.
Rasionalisasi : berat badan meningkat menunjukkan makin buruknya gagal jantung.
3) Auskultasi bunyi nafas dan jantung.
Rasionalisasi : tambahan bunyi nafas (krekels) dapat menunjukkan timbulnya edema paru akut atau GJK kronis.
4) Pantau tekanan darah.
Rasionalisasi : peningkatan tekanan darah dapat menunjukkan kelebihan cairan
5) Jelaskan tujuan pembatasan cairan/natrium pada pasien.
Rasionalisasi : memberikan beberapa rasa kontrol dalam menghadapi upaya pembatasan.
6) Berikan diuretik contohnya furosemid, asam etakrinik, sesuai indikasi.
Rasionalisasi : menghambat reabsorpsi natium/klorida, yang meningkatkan ekskresi cairan dan menurunkan kelebihan cairantotal tubuh dan edema paru.
5. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan.
Tujuan :
Menyatakan kesadaran perasaan ansietas
Kriteria Hasil :
a. Penurunan ansietas
b. Menunjukkan relaksasi
c. Menunjukkan perilaku untuk menangani stres
Intervensi :
1) Pantau respon fisik, contoh palpitasi, takikardi, gerakan berulang, gelisah.
Rasionalisasi : membantu menentukan derajat cemas sesuai status jantung, penggunaan evaluasi seirama dengan respon verbal dan nonverbal.
2) Berikan tindakan kenyamanan.
Rasionalisasi : membantu mengarahkan perhatian dan meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping.
3) Libatkan pasien/orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong partisipasi maksimum pad rencana pengobatan.
Rasionalisasi : keterlibatan akan membantu memfokuskan perhatian pasien dalam arti positif dan memberikan rasa kontrol.
4) Anjurkan pasien melakukan relaksasi, contoh nafas dalam.
Rasionalisasi : memberikan arti penghilangan respon ansietas, menurunkan perhatian, meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping.
6. kurang pengetahuan tentang kondisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan pada informasi tentang penyakit katup jantung.
Tujuan :
Menyatakan pemahaman proses penyakit.
Kriteria Hasil :
a. Mengidentifikasi perilaku pola hidup untuk mencegah komplikasi
b. Mengenali kebutuhan untuk kerjasama dn mengikuti perawatan
Intervensi :
1) Jelaskan dasar patoloi abnormalits katup.
Rasionalisasi : pasien harus mempunyai dasar pemahaman tentang abnormalitas katupnya sendiri dan konsekuensi hemodinamik kerusakan sebagai dasar penjelasan rasional berbagai aspek pengobatan.
2) Anjurkan pasien untuk memantau respon fisiologisendiri terhadap aktivitas.
Rasionalisasi : keterlibatan pasien dalam memantau toleransi terhadap aktivitasnya sendiri adalh penting untuk keamanan dan/atau mengubah aktivitas harian.
3) Tekankan pentingnya melaporkan rasa haus berlebihan, pusing berat, atau episode berdenyut.
Rasionalisasi : dapat mengidentifikasi kebutuhan evaluasi status elektrolit (khususnya kalium) dan/atau gangguan program obat.
4) Diskusikan kebutuhan pasien untuk keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasionalisasi : program aktivitas bertahap yang konsisten dan tepat paling baik untuk meminimalkan kondisi dan kelemahan dan mencegah kelebihan kerja, yang dapat meningkatkan beban jantung/dekompensasi.







BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus
Tn.K berumur 45 tahun datang ke RS. Respati tanggal 28 Maret 2011. Klien mengatakan nyeri pada dadanya sambil memegang area dada. Nyeri hilang timbul dan timbul saat melakukan aktivitas dengan skala nyeri 7 dan klien mengatakan nyerinya terasa seperti ditusuk-tusuk. Klien juga mengatakan pernah mengalami gagal jantung sejak 1 tahun yang lalu, sehingga klien mengeluh mudah lelah atau lemah dan sesak saat bernafas.
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, wajah klien tampak meringis menahan sakit. Didapatkan TD : 120/90 mmHg, suhu : 380C, nadi : 70x/menit, RR : 14x/menit. Pada saat dilakukan auskultasi terdapat bunyi murmur yang khas dan melemah pada bunyi jantung ke 2 disertai thriil pada saat dipalpasi, saat dilakukan CRT kuku klien kembali lebih dari 2 detik.
Pada saat dilakukan foto rotgen menunjukkan pembesaran ventrikel kiri dan fungsi sistole yang menurun. Saat difoto rotgen kembali dada tampak ada penebalan dinding jantung. Klien terlihat lemah dan pucat karena beban jantung yang semakin berat. Pada saat beraktivitas klien mengatakan selalu dibantu dengan keluarganya.

B. Pengkajian
Nama Perawat : Perawat
Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2011
Jam Pengkajian : 08.00 wib
1. Biodata :
Identitas Klien
Nama : Tn. K
Umur : 45 tahun
Alamat : Jl. Saren No. 14 Sleman
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status perkawinan : Kawin
Suku : Jawa
Tanggal MRS : 28 Maret 2010
Diagnosa masuk : Stenosis Aorta
Penanggung Jawab
Nama : Ny.M
Umur : 38 tahun
Alamat : Jl. Saren No. 14 Sleman
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Istri
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada dadanya sambil memegang area dada
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan nyeri pada dadanya sambil memegang area dada. Nyeri timbul saat melakukan aktivitas dengan skala nyeri 7
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien juga mengatakan pernah mengalami gagal jantung sejak 1 tahun yang lalu, sehingga klien mudah lelah atau lemah dan sesak saat bernafas.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien tidak ada riwayat penyakit stenosis aorta
4. Genogram












Ket :

: laki – laki
: perempuan
: klien
----- : tinggal 1 rumah
5. Basic Promoting physiology of Health
1. Aktivitas dan latihan
Klien tidak bisa melakukan aktivitas yang berat karena klien mudah lelah atau lemah dan sesak nafas saat beraktivitas.
2. Tidur dan istirahat
Klien tidur malam pukul 21.00 dan bangun pukul 05.00. Pada siang hari klien tidur siang sekitar 1 jam.
3. Kenyamanan dan nyeri

P : saat beraktivitas
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : dada bagian dalam
S : 7
T : nyeri hilang timbul

4. Nutrisi
Klien sering sarapan pagi pukul 08.00. Pada waktu siang pukul 12.00 dan malam pukul 20.00.
5. Cairan, elektrolit dan asam basa.
Dalam sehari klien minum 7 glass/hari 1 glass = 200cc.
6. Oksigenasi
Oksigenasi tidak terpasang oksigen 2 sampai 4 liter, RR klien 14x/menit.
7. Eliminasi fekal/bowel
BAB klien dilakukan dengan normal, warna kuning kecoklatan, bau khas feses, dan tidak terdapat darah dalam feses.
8. Eliminasi urin
Klien BAK sehari sebanyak 4x sehari dengan sekali BAK sebanyak 300ml, warna urin kuning jernih, berbau khas urin dan tidak ada darah dalam urin.
9. Sensori, persepsi dan kognitif
Klien tidak menggunakan alat bantu kacamata dan klien juga tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum pasien tampak lemas dan wajahnya pucat.
TD : 120/90 mmHg, suhu : 380C, nadi : 70x/menit, RR : 14x/menit
b. Pemeriksaan kepala
Pada kepala berbentuk mesochepal, rambut klien tidak rontok, tidak lesi pada kulit kepala, tidak berketombe, dan tidak terdapat nyeri tekan pada kepala klien.
c. Pemeriksaan muka
Muka klien terlihat pucat, tidak lesi pada wajah klien.
d. Pemeriksaan mata
Bentuk mata simetris, sclera non ikterik, kornea jernih, pupilnya ishokor, konjungtiva anemis, palpebra normal tidak ada nyeri tekan.
e. Pemeriksaan hidung
Hidung klien berbentuk simetris, tulang hidung tidak septum deviasi, tidak ada lesi, tidak terdapat hematom, tidak ada polip dan epistaksis.
f. Pemeriksaan mulut
Mulut klien lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada lesi.
g. Pemeriksaa leher klien
Tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada kaku kuduk, reflek menelan baik.
h. Pemeriksaan dada
Inspeksi: Pergerakan pernafasan meningkat, tampak kelelahan.
Palpasi: Terdapat thriil
Perkusi: Terdengar keredupan pada daerah yang terinfeksi.
Auskultasi: Terdapat bunyi murmur yang khas dan melemah pada bunyi jantung ke 2
i. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : warna kulit abdomen normal yaitu kecoklatan lebih terang dari warna kulit lain, terlihat ada pembengkakan di perut
Auskultasi : peristaltik usus 20 kali
Palpasi : Saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : terdengar timpani
j. Pengkajian ekstremitas
Tidak ada edema, kekuatan otot lemah
7. Pemeriksaan Penunjang :
EKG : Menunjukkan pembesaran ventrikel kiri dan fungsi sistole yang menurun.
Foto Rotgen : Dada tampak ada penebalan dinding jantung.
C. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Problem
1 DS : Klien mengatakan nyeri pada dadanya sambil memegang area dada, skala nyeri 7
DO : wajah klien tampak meringis menahan sakit, TD : 120/90 mmHg, suhu : 380C, nadi : 70x/menit, RR : 14x/menit Agen injury biologi Nyeri akut
2 DS : klien mengeluh mudah lelah atau lemah dan sesak saat bernafas
DO : TD : 120/90 mmHg, suhu : 380C, nadi : 70x/menit, RR : 14x/menit , saat dilakukan EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri dan fungsi sistole yang menurun, Saat difoto rotgen dada tampak ada penebalan dinding jantung, Klien terlihat lemah dan pucat, saat dilakukan CRT kuku klien kembali lebih dari 2 detik. Perubahan denyut atau irama jantung Penurunan curah jantung
3 DS : Pada saat beraktivitas klien mengatakan selalu dibantu dengan keluarganya.
DO : Klien terlihat lemah dan pucat karena beban jantung yang semakin berat, TD : 120/90 mmHg, suhu : 380C, nadi : 70x/menit, RR : 14x/menit Ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan Oksigen Intoleransi aktivitas
4 DS : klien mengatakan sesak ketika bernafas
DO : klien tampak kelelahan ketika bernafas, TD : 120/90 mmHg, suhu : 380C, nadi : 70x/menit, RR : 14x/menit, saat dilakukan CRT kuku klien kembali lebih dari 2 detik. nyeri Pola nafas efektif

D. Diagnosa Prioritas
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri ditandai dengan klien mengatakan sesak ketika bernafas. Klien tampak kelelahan ketika bernafas, TD : 120/90 mmHg, suhu : 380C, nadi : 70x/menit, RR : 14x/menit, saat dilakukan CRT kuku klien kembali lebih dari 2 detik.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut atau irama jantung ditandai dengan klien mengeluh mudah lelah atau lemah dan sesak saat bernafas, TD : 120/90 mmHg, suhu : 380C, nadi : 70x/menit, RR : 14x/menit, saat dilakukan EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri dan fungsi sistole yang menurun, Saat difoto rotgen dada tampak ada penebalan dinding jantung, Klien terlihat lemah dan pucat, saat dilakukan CRT kuku klien kembali lebih dari 2 detik..
3. Nyeri berhubungan dengan agen injury biologi ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada dadanya sambil memegang area dada, skala nyeri 7, wajah klien tampak meringis menahan sakit, TD : 120/90 mmHg, suhu : 380C, nadi : 70x/menit, RR : 14x/menit
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen ditandai dengan Pada saat beraktivitas klien mengatakan selalu dibantu dengan keluarganya, Klien terlihat lemah dan pucat karena beban jantung yang semakin berat, TD : 120/90 mmHg, s2hu : 380C, nadi : 70x/menit, RR : 14x/menit.



E. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi TTD
1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien selama 3 x 24 jam diharapkan Pola nafas tidak efektif berkurang dengan kriteria hasil:
1. kesulitan bernafas klien berkurang
2. Klien sudah jarang sesak ketika nafas
3. Klien sudah tidak terlihat cemas
4. Wajah klien sudah tidak terlihat pucat.
5. CRT kurang dari 2 detik.
6. TTV klien dalam rentang
normal yaitu :
TD : 110/70 – 120/80 mmHg
RR : 16 – 24x/menit
Nadi : 60 – 100x/menit
Suhu : 36,5-37,50C 1. Kaji adanya pucat atau sianosis
2. Kaji kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi
3. Kaji respirasi yang berbunyi.
4. Posisikan klien untuk mengoptimalkan pernafasan
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian oksigen 1. untuk mengetahui adanya gangguan sirkulasi oksigen didalam tubuh
2. untuk mengetahui seberapa besar klien inspirasi dan ekspirasi klien
3. untuk mengetahui adanya bunyi tambahan
4. Memberikan posisi yang nyaman kepada klien saat bernafas.
5. untuk memenuhi kebutuhan oksigen klien.
Perawat Hijrah
2 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut atau irama jantung Setelah dilakukn tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada Tn.K diharapkan curah jantung dapat kembali efektif dengan kriteria hasil :
1. Kien tidak merasa lelah dan sesak
2. TTV klien dalam rentang
normal yaitu :
TD : 110/70 – 120/80 mmHg
RR : 16 – 24x/menit
Nadi : 60 – 100x/menit
Suhu : 36,5-37,50C
3. CRT kurang dari 2 detik. 1. Kaji TTV
2. Kaji status pernafasan dan tekanan darah klien
3. Anjurkan klien / keluarga untuk mengurangi stres / beban pikiran
4. Pindah posisi klien setiap 2 jam
5. Berikan terapi cairan infus
6. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian O2 (bila diperlukan ) 1. Untuk mengetahui kondisi klien
2. Untuk mengetahui status pernafasan dan tekanan darah klien
3. Untuk mengurangi beban jantung / mengantisipasi adanya syok jantung akibat tekanan stresor yang mempengaruhi kerja jantung
4. Untuk menurunkan stasis sirkulasi perifer
5. untuk memenuhi cairan yang dibutuhkan klien
6. untuk membantu mengatasi kesulitan bernafas / sesak pada klien Perawat hijrah
3 Nyeri berhubungan dengan agen injury biologis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada Tn.K diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil :
1. Klien mengatakan nyerinya berkurang dari skala 7 menjadi 4
2. Klien sudah tidak lagi menunujukkan ekspresi menahan nyeri, seperti memegang dada bila terasa nyeri
3. Wajah klien tampak tenang
4. TTV klien dalam rentang normal yaitu :
TD : 110/70 – 120/80 mmHg
RR : 16 – 24x/menit
Nadi : 60 – 100x/menit
Suhu : 36,5-37,50C 1. Kaji TTV
2. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, frekuensi.
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Sediakan media pralihan nyeri ( seperti : TV, radio )
5. Atur posisi klien senyaman mungkin (tergantung pada klien)
6. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik 1. Untuk mengetahui kondisi klien
2. Untuk mengetahui tingkatan nyeri klien sehingga dapat dilakukan tindakan yang sesuai
3. Untuk memberikan kenyamanan klien dalam mengurangi nyeri
4. Untuk mengalihkan nyerinya
5. Supaya klien merasa nyaman dan tidak semakin merasa nyeri dengan posisi yang tidak nyaman
6. Untuk membantu meredakan nyeri dengan tekhnik farmakologi Perawat Hijrah
4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada Tn.K diharapkan dapat menunjukkan peningkatan aktivitas dengan kriteria hasil:
1. klien dapat beraktivitas dengan baik secara mandiri
2. klien dapat menyeimbangkan aktivitas dan istiraha sehingga klien tidak lemah
3. TTV klien dalam rentang normal yaitu :
TD : 110/70 – 120/80 mmHg
RR : 16 – 24x/menit
Nadi : 60 – 100x/menit
Suhu : 36,5-37,50C 1. Kaji TTV
2. Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang kondisi penyakitnya
3. anjurkan klien untuk beraktivitas ringan dahulu
4. Anjurkan klien dan keluarga untuk menghindari menjadwalkan aktivitas perawatan selama periode istirahat
5. Anjurkan klien dan keluarga untuk mengatur pola istirahat yang benar
6. Bantu dan dampingi klien dalam beraktivitas sesuai kebutuhan 1. Untuk mengetahui status kesehatan klien
2. Agar klien dan keluarga tahu bagaimana seharusnya dapat membatasi aktivitas
3. Untuk menghindari adanya kelelahan pada klien
4. Agar klien dapat beristirahat dengan cukup
5. Agar klien dapat beristirahat dengan teratur sehingga kondisinya dapat stabil
6. Agar klien merasa diperhatikan dan jika klien mengalami kesulitan dalam suatu aktivitasnya dapat cepat dalam memberi bantuan Perawat Hijrah

F. Implementasi
Hari Pertama
No Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi TTD
Dx.1 29 Maret 2011 08.00



08.00



08.00



08.55




09.15
1. Mengkaji adanya pucat atau sianosis
S: klien mengatakan masih sesak pada saat bernafas
O: pada kuku klien terdapat sianosis
2. Mengkaji kecepatan,irama,kedalaman dan usaha respirasi
S: -
O: klien terlihat sesak pada saat bernafas
3. Mengkaji respirasi yang berbunyi.
S: klien menanyakan frekuensi normal kepada klien
O: klien terlihat diam
4. Memposisikan klien untuk mengoptimalkan pernafasan dengan posisi semi fowler
S: klien mengatakan belum merasakan nyaman dengan posisi ini
O: klien terlihat gelisah
5. Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian oksigen 29 Maret 2011
Pkl. 13.30 WIB
S: Klien mengatakan masih sesak saat bernafas
O: kuku klien masih terdapat sianosis, wajah klien masih pucat,
TD : TD : 110/70 mmHg, suhu : 380C, nadi : 70x/menit, RR : 14x/menit
A: tujuan belum tercapai
P: intervensi 1,2,3,4 dan 5 dilanjutkan Perawat Hijrah
Dx.2 29 Maret 2011 08.00




08.00





08.35




08.55




09.15


09.15 1. Mengkaji TTV
S : klien bersedia dilakukan pemeriksaan TTV
O : TD : 120/90 mmHg, suhu : 380C, nadi : 70x/menit, RR : 14x/menit
2. Mengkaji status pernafasan dan tekanan darah klien
S :klien mengatakan dadanya sesak ketika bernafas
O : TD : 110/90 mmHg,
RR : 26x/menit
3. Menganjurkan klien / keluarga untuk mengurangi stres / beban pikiran
S : klien mengatakan khawatir dengan keadaan penyakitnya
O : klien tampak lemah
4. Memindah posisi klien setiap 2 jam
S : klien mengatakan mau untuk melakukan
pemindahan posisi
O : klien mengikuti instruksi perawat dalam melakukan pemindahan posisi
5. Memberikan terapi cairan infus
S :-
O : klien diberikan cairan NaCl
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian O2 (bila diperlukan )
S :-
O :klien diberikan oksigenasi
29 Maret 2011
Pkl. 13.30 WIB
S : klien mengatakan masih sesak ketika bernafas
O : klien masih tampak lemah dan terlihat kelelahan
A : tujuan belum tercapai
P : intervensi 1,2,3,4,5,6 dilanjutkan
Perawat Hijrah
Dx.3 29 Maret 2011 08:00





08.15




08.35





08.55





09.15


1. Melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, frekuensi.
S : klien mengatakan masih merasakan nyeri
O : wajah klien masih tampak meringis menahan sakit
2. Mengajarkan teknik relaksasi
S : klien mengatakan sering menarik nafas dalam saat merasakan nyeri
O : klien tampak sedikit tenang setelah melakukan teknik relaksasi
3. Menyediakan media peralihan nyeri ( seperti : TV, radio )
S :
O: klien terlihat menghalihkan nyerinya dengan memanfaatkan media yang telah di sediakan.
4. Mengatur posisi klien senyaman mungkin( tergantung pada klien )
S: klien mengubah posisinya saat merasa nyeri
O: klien terliahat mengubah posisinua saat merasakan sakit
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik
S: -
O: memberikan obat analgesic untuk mengurangi nyeri
29 Maret 2011
Pkl. 13.30 WIB
S : klien mengatakan nyerinya masih terasa saat bernafas dan semakin terasa setelah beraktifitas yang berat
O : klien masih terlihat meringis sambil memegang area dadanya menahan nyeri saat bernafas
A : tujuan belum tercapai
P : intervensi 1,2,4,5,6 dilanjutkan Perawat Hijrah
Dx. 4 29 Maret 2011 08:00




08.15





08.35



08.55 1. Memberikan informasi pada klien dan keluarga tentang kondisi penyakitnya
S :
O : keluarga dan klien memperhatikan penjelasan dari perawat
2. Menganjurkan klien untuk beraktivitas ringan dahulu
S : klien mengtakan nyeri setelah beraktivitas semakin nyerii bila
aktivitas semakin berat
O :klien melakukan aktivitas ringan
3. Menganjurkan klien dan keluarga untuk mengatur pola istirahat yang benar
S : klien mengeluh susah beristirahat
O : klien tampak lesu
4. Membantu dan dampingi klien dalam beraktivitas sesuai kebutuhan
S : klien mengatakan keluarganya selalu membantunya dalam beraktivitas
O :klien tampak kesulitan dalam melakukan aktivitas 29 Maret 2011
Pkl. 13.30 WIB
S : klien mengatakan masih merasa kelelahan jika sering melakukan aktivitas dan setelah beraktivitas berat
O : klien terlihat kelelahan dan masih tergantung dengan keluarganya saat beraktivitas
A : tujuan belum tercapai
P : intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan Perawat Hijrah





Hari Kedua
No Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi TTD
Dx 1 30 Maret 2011 08.00



08.00



08.00



08.30



1. Memantau adanya pucat atau sianosis
S :klien mengatakan masih sesak pada saat bernafas
O: pada kuku klien terdapat sianosis
2. Memantau kecepatan,irama,kedalaman dan usaha respirasi
S: -
O: klien terlihat sesak pada saat bernafas
3. Memantau respirasi yang berbunyi.
S: klien menanyakan frekuensi normal kepada perawat
O: klien terlihat diam
4. Memposisikan klien untuk mengoptimalkan pernafasan dengan posisi semi fowler
S: klien mengatakan belum merasakan nyaman dengan posisi ini
O: klien terlihat gelisah

30 Maret 2011
Pkl. 13.30
S : klien mengatakan masih sesak saat bernafas
O : klien masih terlihat lemah dan gelisah
A : tujuan belum tercapai
P : intervensi 1,2,3, dan 4 dilanjutkan
Perawat Hijrah
Dx.2 30 Maret 2011 08.00




08.00




08.30




08.50





09.15 1. Memantau TTV
S : -
O : dilakukan pemantauan TTV klien
TD : 110/70 mmHg, suhu : 37,50C, nadi : 70x/menit, RR : 15x/menit
2. Memantau status pernafasan dan tekanan darah klien
S : -
O : dilakukan pemantauan perkembangan status pernafasan dan tekanan darah klien
3. Membantu klien untuk mengubah posisi klien setiap 2 jam
S : klien mengatakan lelah jika posisinya miring terus
O : dilakukan perubahan posisi klien menjadi
4. Mengajak klien untuk refresing ke taman rumah sakit untuk mengurangi stress klien
S : klien mengatakan jenuh dengan tindakan keperawatan diruangan
O : klien terlihan murung
posisi semi fowler
5. Memantau perkembangan pemberian cairan pada klien (terapi cairan infus)
S : -
O : klien masih terlihat lemah
30 Maret 2011
Pkl. 13.30
S : klien mengatakan masih sesak ketika bernafas
O : klien masih tampak lemah dan terlihat kelelahan, TD : 110/70 mmHg, suhu : 37,50C, nadi : 70x/menit, RR : 15x/menit
A : tujuan belum tercapai
P : intervensi 1,2,3,4,5,6 dilanjutkan
Perawat Hijrah
Dx.3 30 Maret 2011 08.00




08.00




08.00




08.30




08.30



09.15 1. Memantau TTV
S : -
O : dilakukan pemantauan TTV klien
TD : 110/70 mmHg, suhu : 37,50C, nadi : 70x/menit, RR : 15x/menit
2. Melakukan pengecekan perkembangan nyeri pada klien
S : klien mengatakan nyerinya sudah tidak terlalu sakit
O : klien tampak lebih nyaman
3. Memantau perkembangan nyeri klien dengan media peralihan nyeri
S : klien mengatakan saat melihat televisi klien menjadi lebih baik
O : klien terlihat lebih tenang
4. Mengevaluasi teknik relaksasi yang telah diajarkan sebelumnya
S : klien mengatakan lebih nyaman setelah dilakukan teknik releksasi nafas dalam
O : klien tampak lebih nyaman
5. Mengevaluasi posisi klien sebelumnya
S : klien mengatakan lebih nyaman dengan posisi semi fowler atau posisi duduk 180
O :klien terlihat lebih baik dari sebelumnya
6. Memantau pemberian analgesic sebelumnya
S : -
O : klien sudah terlihat jarang menunjukkan ekspresi kesakitan menahan nyeri 30 Maret 2011
Pkl. 13.30
S : klien mengatakan nyerinya masih terasa saat bernafas dan semakin terasa setelah beraktifitas yang berat
O : klien masih terlihat meringis sambil memegang area dadanya menahan nyeri saat bernafas
A : tujuan belum tercapai
P : intervensi 1,2,4,5,6 dilanjutkan Perawat Hijrah
Dx. 4 30 Maret 2011 08.00




08.30


08.30





08.30


08.50 1. Memantau TTV klien
S : -
O : dilakukan pemantauan TTV klien
TD : 110/70 mmHg, suhu : 37,50C, nadi : 70x/menit, RR : 15x/menit
2. Memantau aktivitas klien
S : -
O : klien masih terlihat lemah
3. Memantau penjadwalan aktivitas klien
S : klien mengatakan tidak terlalu kelelahan karena jadwal aktifitas yang tidak terlalu padat
O : dilakukan pemantauan penjadwalan aktifitas klien
4. Memantau pola istirahat klien yang benar
S :-
O : dilakukan pemantauan pola istirahat klien
5. Membantu dan mendampingi klien dalam beraktivitas sesuai kebutuhan
S : klien mengatakan kelelahan jika sering beraktivitas sendiri
O : klien masih tampak tergantung dengan keluarganya dalam beraktivitas
30 Maret 2011
Pkl. 13.30
S : klien mengatakan masih merasa kelelahan jika sering melakukan aktivitas dan setelah beraktivitas berat
O : klien terlihat kelelahan dan masih tergantung dengan keluarganya saat beraktivitas
A : tujuan belum tercapai
P : intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan Perawat Hijrah

DAFTAR PUSTAKA
diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-stenosis-aorta.html
Diagnosis dan Penatalaksanaan Pada Stenosis Aorta « H Panji Irawan.htm
www.totalkesehatananda.com/aorticstenosis2.html
stenosis-katup-aorta.html
Penyebab Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) - SPESIALIS.INFO _ Cara Pengobatan Penyakit.htm
Doenges, Marlynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Oerawatan Pasien.Ed. 3.Jakarta : EGC.

Brunner dan Suddrath ( alih bahasa Agung Waluyo, Monica Ester ).2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.edisi ke-8.Jakarta : EGC.

Nanda, Nursing Diagnosis and Classification, Philadellphia: Lippincott.

Judith M. Wilkinson( alih bahasa Widyawati, Eny Meiliya, Monica Ester ).2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.edisi ke-7. Jakarta : EGC.














BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pada asuhan keperawatan di atas proses pengkajian yang dilakukan pada klien dengan diagnosa Stenosis Aorta, diperoleh penulis dengan melakukan wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik langsung kepada klien. Selain itu penulis mendapatkan keterangan dari keluarga.Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, akan tetapi juga disesuaikan dengan kondisi klien saat dikaji dan disesuikan dengan data untuk mendiagnosa penyakit. Pada saat dilakukan pengkajian klien dan keluarga cukup terbuka dan sudah terjalin hubungan trust antara klien dengan penulis sehingga mempermudahkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini dibuktikan dengan klien mau menjawab pertanyaan dan menerima saran yang diberikan oleh penulis. Data yang diperoleh dri pengkajian adalah
Pada teori djelaskan bahwa pengkajian meliputi Aktivitas/istirahat, eliminasi, integritas ego, makanan/cairan, rasa nyeri/kenyamanan, pernafasan, keamanan. Semua pengkajian diatas dapat terkaji.
B. Diagnosa
Pada teori banyak diagnosa yang muncul pada penyakit Stenosis Aorta. Disini kita hanya mengambil diagnosa yang sesuai dengan pengkajian yang kita lakukan dan diagnosa yang dibuat merupakan diagnosa yang mungkin dapat menjadi prioritas utama/terpenting dalam penanganan klien dengan Stenosis Aorta. Diagnosa tersebut adalah :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri ditandai dengan klien mengatakan sesak ketika bernafas. Klien tampak kelelahan ketika bernafas, TD : 110/90 mmHg, suhu : 380C, nadi : 110x/menit, RR : 26x/menit, saat dilakukan CRT kuku klien kembali kurang dari 2 detik.
Dianosa ini kami angkat sebagai diognosa pertama karena dilihat dari kondisi klien dan tingkat kegawatannya. Pola nafas klien yang tidak efektif mengakibatkan klien tampak kelelahan saat bernafas sehingga harus mendapatkan penanganan segera untuk memperbaiki pola nafas klien menjadi efektif.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut atau irama jantung ditandai dengan klien mengeluh mudah lelah atau lemah dan sesak saat bernafas, TD : 110/90 mmHg, suhu : 380C, nadi : 110x/menit, RR : 26x/menit, saat dilakukan EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri dan fungsi sistole yang menurun, Saat difoto rotgen dada tampak ada penebalan dinding jantung, Klien terlihat lemah dan pucat.
Diagnosa ini kami angkat sebagai diagnose kedua karena penurunan curah jantung ini membuat klien merasa sesak nafas karena denyut nadi yang cepat sehingga klien tampak lemah dan pucat.
3. Nyeri berhubungan dengan agen injury biologi ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada dadanya sambil memegang area dada, skala nyeri 7, wajah klien tampak meringis menahan sakit, TD : 110/90 mmHg, suhu : 380C, nadi : 110x/menit, RR : 26x/menit.
Diagnosa ini kami angkat sebagai diagnosa ketiga karena nyeri dapat membuat kesehatan klien terganggu dan membuat kesakitan pada klien.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan ditandai dengan Pada saat beraktivitas klien mengatakan selalu dibantu dengan keluarganya, Klien terlihat lemah dan pucat karena beban jantung yang semakin berat, TD : 110/90 mmHg, suhu : 380C, nadi : 110x/menit, RR : 26x/menit
Diagnosa ini kami gunakan sebagai prioritas diagnosa keempat karena diagnosa ini dapat mengganggu aktivitas klien sehari – hari. Akibat beban jantung yang semakin berat membuat klien merasa kelemahan dan tidak kuat melakukan aktivitasnya.

C. Intervensi dan Implementasi
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri, semua intervensi diimplementasikan pada hari pertama karena pada intervensi yang dilakukan akan dapat membantu klien memudahkan dalam bernafas.
2. Pada diagnosa kedua yaitu penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut atau irama jantung, semua intervensi diimplementasikan pada hari pertama karena pada intervensi yang dilakukan akan dapat membantu klien untuk memperbaiki pemompaan jantung. Jika belum terjadi perubahan, pada hari kedua dan ketiga semua intervensi diimplementasikan.
3. Pada diagnosa kedua yaitu nyeri berhubungan dengan agen injury biologi, semua intervensi diimplementasikan pada hari pertama karena pada intervensi yang dilakukan dapat membantu klien dalam mengurangi nyeri. Jika belum terjadi perubahan, maka pada hari kedua dan ketiga semua intervensi diimplementasikan.
4. Pada diagnosa ketiga yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, semua intervensi diimplementasikan pada hari pertama karena pada intervensi yang akan dilakukan akan dapat membantu klien dalam beraktivitas secara mandiri. Jika belum terjadi perubahan, maka pada hari kedua dan ketiga semua intervensi diimplementasikan.

D. Faktor Pendukung dan Hambatan Implementasi
Faktor pendukung dalam implementasi yaitu:
1. Beberapa implementasi yang melibatkan keluarga dapat terlaksana dalam sehari karena keluarga mau bekerjasama dengan perawat dalam melakukan tindakan keperawatan, klien juga menunjukkan sikap terbuka terlihat ketika dilakukan pengkajian pada klien, klien menjawab semua pertanyaan yang diajukan perawat.
2. Adanya kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian terapi (analgetik, oksigenasi,cairan infus)
Faktor penghambat dalam implementasi yaitu:
1. Klien mengalami nyeri yang hilang timbul, pada saat dilakukan tindakan keperawatan terkadang nyeri timbul tiba – tiba sehingga menghambat tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
2. Keterbatasan sumber referensi buku sebagai acuan penulis dan juga alat yang tersedia.

Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang akan menunjukkan apakan tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.
Pada kasus Tn. K dengan stenosis aorta, setelah dilakukan pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan dan intervensi selama 3 hari pada diagnosa pertama, kedua dan ketiga serta implementasi selama 2 hari pada diagnosa pertama, kedua, ketiga dan keempat , maka dilakukan evaluasi dan diperoleh hasil :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri, tujuan belum tercapai karena klien masih terlihat sesak saat bernafas.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut atau irama jantung, tujuan belum tercapai karena pemompaan jantung belum stabil, sehingga curah jantung belum normal.
3. Nyeri berhubungan dengan agen injury biologi, tujuan belum tercapai karena nyeri klien hilang timbul, sehingga menghambat tindakan keperawatan.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, tujuan belum tercapai karena klien masih merasa sesak ketika bernapas sehingga meningkatkan beban jantung dalam memompa darah dan mengakibatkan klien cepat lelah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar