Sabtu, 02 Juli 2011

KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
PRODI S-1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA


PENGKAJIAN KEPERAWATAN

+
Nama Mahasiswa :..........................................
Tempat Praktek :..........................................
Tanggal Praktek :..........................................

I. IDENTITAS DATA
Pasien
Nama :……………………………..
Agama :……………………………..
Pendidikan : …………………………….
Pekerjaan : …………………………….
Alamat : ……………………….……
……………………….……
…………………………….
Diagnosa Medis :……………………….……
Penanggung Jawab
………………………………………….
…………………………………………..
…………………………………………..
…………………………………………...
……………………………………………
……………………………………………
…………………………………………...


II. KELUHAN UTAMA
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Munculnya keluhan
- Tangggal munculnya keluhan
- Waktu munculnya keluahan (gradual atau tiba-tiba )
- Presipitasi atau predisposisi factor ( perubahan emosional, kelelahan, lingkungan, toksin atau allergen, infeksi )
2. Karakteristik
- Karakter ( kualitas, kuantitas, konsistensi )
- Lokasi dan radiasi ( misalnya nyeri )
- Intensity ( sering/tidak) atau severity
- Timing( terus menerusatau intermiten, durasi setiap kalinya)
- Hal yang meningkatkan dan menghilangkan/mengurangi keluhan
- Gejala-gejala lain yang berhubungan
3. Masalah sejak muncul keluhan
a. Insiden
- serangan mendadak
- kejadian mendadak berulang
- kejadian sehari-hari
- kejadian periodic
b. Perkembangan ( membaik, memburuk, tidak berubah )
c. Efek dari pengobatan

IV. RIWAYAT MASA LAMPAU
1. Prenatal ( keluahan saat hamil, ANC dimana, nutrisi, fullterm/premeture/posmature, kesehatan saat hamil, obat yang dimunim,dll)
Ini terutama pada anak yang masih kecil, semakin muda anak , hal ini semakin diperlukan
2. Natal ( tindakan persalinan, obat-obatan, tempat persalinan )
3. Postnatal ( kondidi kesehatan, Apgar score, BBL, PBL, anomaly kongenital)
4. Penyakit waktu kecil (gejala, penangananya )
5. Pernah dirawat di RS (Penyakit yang diderita, respon emosional waktu dirawat )
6. Obat-obatan yang digunakan ( pernah, sedang digunakan: nama, dosis schedule, durasi dan alasan menggunaklannya )
7. Allergi ( pernah menderita asma, eczema, reaksi yang tidak biasa terhadap makanan, binatang, tanaman atau produk rumah tangga)
8. Kecelakaan ( jenis kecelakaan, akibat dan penanganannya )
9. Imunisasi : dirinci imunisasi apa saja yang pernah didapat, usia pada waktu mendapatkannya dan reaksi imunisasi

V. RIWAYAT KELUARGA ( disertai genogram )
Riwayat yang pernah, sedang diderita keluarga, baik yang berhubungan dan tidak berhubungan dangan penyakit yang diderita klien. Gambar Genogram dengan ketentuan yang berlaku ( symbol dan 3 generasi )

VI. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh dan alasannya
2. Pembawaan secara umum ( periang, pemalu, pendiam, kebiasan lain : menghisap jari, membawa gombal, ngompol, dll )
3. Lingkungan rumah ( kaitannya denga kebersihan, ancaman keselamatan anak, ventilasi dan posisi/letak barang-barang )

VII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
1. Diagnosa medis
2. Tindakan operasi
3. Obat-obatan
4. Tindakan keperawatan
5. Hasil laboratorium
6. Hasil Rontgen
7. Data tambahan

VIII. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL MENURUT GORDON
1. Persepsi dan pola manajemen kesehatan
a. status kesehatan anak sejak lahir
b. pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi
c. Penyakit yang menyebabkan anak absen dari sekolah
d. Praktek pencegahan kesehatan ( pakaian, menukar popok, dll)
e. Apakah orang tua merokok ?, didekat anak ?
f. Mainan anak/bayi (aman?) keamanan kendaraan ?
g. Praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga, menyimpan obat-obatan , dll)

2. Nutrisi – Pola Metabolic
a. Pemberian ASI/PASI, perkiraan jumlah minum, kekuatan menghisap ( bagi yang masih bayi )
b. Selera makan, makanan tidak disukai/disukai
c. Masukan makanan selama 24 jam ? makanan tambahan ? vitamin ?
d. Kebiasaan makan
e. Alat makan yang digunakan
f. Berat badan lahir? Berat badan saat ini?
g. Masalah kulit : rash, lesi, dll
Orang tua
- status nutrisi orang tua/keluarga? Masalah?



3. Pola Eliminasi
a. Pola defekasi (gambarkan: frekuensi, kesulitan, kebiasaan ada darah/tidak)
b. Mengganti pakaian dalam/diapers ( bagi bayi )
c. Pola eliminasi urin (gambarkan : berapa kali popok basah/hari, perkiraan jumlah , kekuatan keluarnya urin, bau, warna)
Orang tua
- Pola eliminasi ? masalah ?

4. Aktivitas – Pola Latihan
a. Rutin mandi ? ( kapan, bagaimana, dimana, menggunakan sabun apa?)
b. Kebersihan rutin ( pakaian, dll)
c. Aktivitas sehari-hari dirumah, bermain, tipe mainan yang digunakan, teman bermain, penampilan anak saat bermain, dll)
d. Level aktivitas anak/bayi secara umum, tolerans
e. Persepsi anak terhadap kekuatan ( kuat atau lemah )
f. Kemampuan kemandirian anak ( mandi, makan, toileting, berpakaian, dll )
Orang tua
- Aktivitas/pola latihan, pemeliharaan anak, pemeliharaan rumah ?


5. Pola Istirahat – Tidur
a. Pola istirahat/tidur anak, perkiraan jam, dll
b. Perubahan pola istirahat, mimpi buruk, nocturia ?
c. Posisi tidur anak? Gerakan tubuh ?
Orang tua
- Pola tidur orang tua

6. Pola Kognitif – Persepsi
a. Responsive anak secara umum
b. Respons anak untuk berbicara, suara, object, sentuhan ?
c. Apakah anak mengikuti object dengan matanya ? respon untuk meraih mainan
d. Vokal suara, pola bicara, mainan, dsb
e. Kemampuan anak untuk mengatakan nama, waktu, alamat, nomor telepon, dsb
f. Kemampuan anak untuk mengatakan kebutuhan : lapar, haus, nyeri, tidak nyaman ?
Orang tua
- Masalah dengan penglihatan, pendengaran, sentuhan ,dsb
- Kesulitan membuat keputusan, judgments ?

7. Persepsi Diri – Pola Konsep Diri
a. status mood bayi/anak ( iritabilitas )
b. Pemahaman anak terhadap identitas diri, kompetyensi,dll
Anak/Bayi :
a. Status mood?
b. Banyak teman / seperti yang lainnya /
c. Persepsi diri (”baik” umumnya waktu, sulit untuk menjadi ”baik” )
d. Kesepian ?
e. Takut ?
Orang tua
- Persepsi diri sebagai orang tua
- Pendapat umum tentang identitas, kompetensi ?

8. Pola Peran – Hubungan
a. struktur keluarga
b. Masalah / Stressor keluarga
c. Interaksi antara anggota keluarga dan anak
d. Respon anak/bayi terhadap perpisahan
e. Anak : ketergantungan?
f. Anak : pola bermain /
g. Anak : temper tantrum ? masalah disiplin / penyesuaian sekolah ?
Orang tua :
- Peran ikatan ? kepuasan ?
- Pekerjaan/ sosial / hubungan perkawinan ?

9. Sexualitas
a. Perasaan sebagai laki-laki/perempuan ?
b. Pertanyaan sekitar sexuality ? bagaimana respon orang tua ?
Orang tua
- Jika mungkin riwayat reproduksi ?
- Kepuasan sexual / masalah ?


10. Koping – Pola Toleransi Stress
a. Apa yang menyebabkan stress pada anak? level stress? Toleransi ?
b. Pola penanganan masalah, support system ?

11. Nilai – Pola Keyakinan
a. Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen /
b. Keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama
Orang tua
- sesuatu yang bernilai dalam hidupnya ( spirituality) semangat untuk masa depan ?
- Keyakianan akan kesembuhan, dampak penyakit dan tujuan ?


IX. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum :
Kesadaran : CM apatis somnolen sopor coma
Vital Sign : TD :……………mmHg
Nadi : Frekuensi : ……………x/mnt
Irama : reguler ireguler
Kekuatan/isi : kuat sedang lemah

Respirasi : Frekuensi :………………..x/mnt
Irama : reguler ireguler
Suhu :…………….oC

Nyeri : Palliative/Profokatif :……………………………/…………………….
Quality : hilang timbul terus menerus
Region :




Depan Belakang

Scale :………….. ………………………………………………….
Time :………………………………………………………………

b. Kepala :

Kulit : Normal Hematoma Lesi kotor
Rambut : Normal kotor rontok kering/kusam
Muka : Normal bells palsy hematom lesi
Mata : konjungtiva : Normal Anemis Hiperemis
Sclera : Normal ikterik
Pupil : isokor anisokor
Palpebra : normal hordeolum oedema
Lensa : normal keruh
Visus : normal ka/ki miopi ka/ki hipermetropi ka/ki astigmatisme ka/ki
Kebutaan ka/ki
Hidung : normal septum defiasi polip epistaksis
Gangguan indra penghidu
Mulut : gigi : normal caries dentis, di :…………
Gisi palsu, di:………..
Bibir : normal kering stomatitis sianosis

c. Leher : Normal Pembesaran thyroid Pelebaran JVP
kaku kuduk Hematom Lesi
Tenggorokan : Normal Nyeri telan Hiperemis
Pembesaran tonsil
d. Dada : Bentuk : Normal Barrel chest Funnel chest
Pigeon chest
Pulmo : Palpasi : Fremitus taktil ka/ki :…………….
Perkusi : ka/ki :………………………………
Auskultasi : vesikuler ka/ki whezing ronkhi

Cor : Palpasi : Ictus cordis :……………………………
Perkusi : batas jantung :…………………………...
Auskultasi : Bunyi jantung I (SI):……………………..
Bunyi jantung II (SII) :……………………
Bunyi jantung III (SIII):…………………..
Murmur :…………………………….
e. Abdomen : Bentuk : normal ascites
Palpasi : normal hepatomegali splenomegali
Tumor
Perkusi : normal Hypertimpani pekak
Auskultasi : Peristaltik : …………………x/mnt
f. Genetalia : Pria : Normal Hypospadia Epispadia hernia Hydrocell Tumor
Perempuan : normal kondiloma prolapsus uteri
Perdarahan keputihan
g. Perkemihan : frekuensi BAK :…………………x/hr
Jumlah urine :……………………cc/hr
Warna : normal hematuria seperti teh
Keluhan : nokturia retensi urine inkontinensia urine
h. Rectum : Normal Hemoroid Prolaps Tumor
i. Ektremitas : atas : kekuatan otot ka/ki :……………………..
ROM ka/ki :……………………………..
capilary refile :…………………………..
bawah : kekuatan otot ka/ki :……………………..
ROM ka/ki :……………………………..
Capillary refile :………………………….


X. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN ( Penilaian berdasarkan format DDST/Denver II ) bagi anak usia 0 – 6 tahun
1. kemandirian dan bergaul
2. Motorik halus
3. Kognitif dan bahasa
4. Motorik kasar
Bagi anak diatas 6 tahun, maka ditanyakan tumbuh kembang secara umum sbb:
a. Berat badan lahir, 6 bulan, 1 tahun dan saat ini
b. Pertumbuhan gigi
- usia tumbuh gigi
- jumlah
- masalah dengan pertumbuhan gigi
c. Usia mulai menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-kata pertama
d. Perkembangan sekolah, lancar ? masalah apa ?
e. Interaksi dengan peers dan orang dewasa
f. Partisipasi dengan kegiatan organisasi ( kesenia, OR, dsb )

XI. INFORMASI LAIN



XII. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN
ASKEP PANKREATITIS
Abror Shodiq
Pengertian
Pangkreatitis atau inflamasi pangkreas mungkin akut atau kronis.
Pangkretitis akut adalah inflamasi pangkreas yang dapat mengakibatkan autodigesti pangkreas oleh enzim-enzimnya sendiri
Pangkreatitis akut agak umum, tetapi potensial proses inflamasi letal yang mengakibatkan berbagai derajat edema pangkreas, nekrosis lemak dan hemorahagi.
Secara khas  manifestasi pangkreatitis akut menghilang bila faktor penyebab dihilangkan.


Pengertian
Pangkreatitis kronis adalah penyakit inflamasi destruktif pada pangkreas.
Meliputi fibrosis progresif dan degenerasi pangkreas.
Anfis
Terletak di retroperitoneal rongga abdomen bagian atas dan terbentang horisontal dari cicncin duodenal ke lien
Panjang sekitar 10 – 20 cm dan lebar 2,5 – 5 cm.
Mendapat pasokan darah dari arteri mesenterika superior dan splenikus.

ANATOMY
Pancreas



Anfis
Sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin
Eksokrin  Enzim-enzim ke dalam duodenum:
Amilase : karbohidrat  dekstrin dan maltose
Lipase : Lemak  gliserol dan asam lemak
Protease  protease disekresi dalam bentuk tak akatif, yg meliputi :
Tripsinogen
Kemotripsinogen
Prokarboksipeptidase
Proaminopeptidase.

Pangkreas  sebagai endokrin  didukung oleh pulau-pulau langerhans, yang terdiri dari :
Sel alpha  menghasilkan glukagon : meningkatkan kadar gula darah.
Sel beta  menghasilkan insulin : menurunkan kadar gula darah.
Sel delta  somatostatin : belum jelas diketahui.
Glukagon + insulin : memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak  keseimbangan kadar gula darah.
Organ sasarn 2 hormon tsbt adalah hepar, otot dan jaringan lemak.
Efek Anabolik Insulin
Efek pada hepar :
Meningkatkan sintesa dan penyimpanan glukosa
Emnghambat glikogenolisis, glukoneogenesis dan ketogenesis
Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas di hepar
Efek pada otot
Meningkatkan sintesis protein
Meningkatkan trsnaportasi asam amino
Meningkatkan glikogenesis
Efek pada jaringan lemak
Meningkatkan sistesis trigliserida
Meningkatkan penyimpanan trigliserida
Menurunkan lipolisis
Pangkreatitis Akut
Yaitu pembengkakan sel asiner atau suatu peradangan pankreas akut yang memperlihatkan adanya regurgitasi enzim ke dalam darah.
Merupakan radang hemoragik, yaitu radang yang disertai cedera vaskuler hebat.
Etiologi :
Metabolik (Alkohol, Hiperlipoproteinemia, Hiperkalsimia, Gagal ginjal, Genetik)
Mekanis (Pasca bedah, Pasca ERCP (endoscopic retrograde cholangiopancreatography), Trauma terutama trauma tumpul, Batu empedu
Vaskuler (Syok, Atheroembolisme, Poliarteritis nodosa)
Infeksi (virus parotitis, hepatitis, koksaki, askaris, mikoplasma)

Patofisiologi
Terdapat beberapa teori tentang penyebab dan mekanisme terjadinya pangkreatitis yang umunya dinyatakan sebagai otodigesti pangkreas.
Umunya teori ini menyatakan bahwa duktus pangkreatikus tersumbat, disertai oleh hiperksekresi enzim-enzim eksokrin dari pangkreas tersebut.
Pathways of Acute pancreatitis

Patogenesis
Berpusat pada aktivasi enzim pankreas yang tidak tepat didalam pankreas. Ciri-ciri pankreatitis adalah proteolisis jaringan, lipolisis, dan perdarahan karena efek dekstrukstif enzim pankreas yang dilepaskan sel asiner.
Mekanisme untuk Aktivasi enzim pankreas :
Obstruksi duktus pankreatikus, menyebabkan jejas parenkim pankreas.
Jejas primer sel asiner.
Defek transportasi-intraselular.
Alkohol, dapat menyebabkan inflamasi dan obstruksi lokal.
Pankreatitis herediter

Patologi
Terdapat 2 bentuk anatomis utama, yaitu :
Pankreatitis Akut Interstitial

Secara makroskopis
pankreas membengkak secara difus dan pucat, nekrosis lemak dan inflamasi pankreas
Secara mikroskopis
daerah interstitial melebar karena edema ekstra sel disertai sebaran sel leukosit PMN, saluran pankreas terdapat bahan purulen.


Pankreatitis Akut Nekrosis hemoragik

Secara makroskopis
tampak nekrosis jaringan pankreas disertai perdarahan dan inflamasi yang mengisi ruang retroperitoneal, tampak abses purulen
Secara mikroskopis
nekrosis lemak dan jaringan pankreas, kantong infiltrat yang meradang dan berdarah, pembuluh darah di dalam dan sekitar daerah nekrotik menunjukkan kerusakan (vaskulitis, inflamasi perivaskuler dan trombolisis pembuluh darah)

Acute Pancreatitis
hemorrhage in the head of the pancreas

fat necrosis


Manifestasi klinis
Nyeri pada epigastrium
Mual, muntah dan demam
Bisa juga disertai tanda kolaps kardiovaskuler dan respirasi

Prognosis
Spektrum klinis pankreatitis akut dapat sembuh secara total
Mortalitas 1%
Ikterus obstruktif
Gangguan SSP

Bertahap, Nyeri yg Progresif

Pemeriksaan Penunjuang
Scan-CT
Ultrasound abdomen
Endoskopi
Foto abdomen

Diagnosis
Kriteria Ranson
Awal 1. Usia > 55 tahun 2. Leukositosis > 16.000/ml 3. Hiperglikemia > 11 mmol/L (>200 mg%) 4. LDH serum > 400 IU/L 5. AST (SGOT) serum > 250 IU/L
Selama 48 jam perawatan 1. Ht menurun >10 2. Sekuestrasi cairan > 4000 ml 3. Hipokalsemia < 1,9 mmol/L (<8,0 mg%) 4. PaO2 < 60 mmHg 5. BUN meningkat > 5 mg/dl 6. Hipoalbuminemia < 3,2 g% Indikator penting Hipotensi (<90 mmHg) atau takikardi >130/l
Po2 <60 mmHg
Oliguria (<50 ml.jam) atau BUN, kreatinin yang meningkat
Metabolik/Ca serum <8,0 mg% atau albumin serum <3,2 g%


Pengobatan
Tujuan: menghentikan proses peradangan dan autodigesti atau menstabilkan keadaan klinis sehingga memberi kesempatan resolusi penyakit tersebut.
Tindakan konservatif:
Pemberian analgesik
Pankreas diistirahatkan dengan cara pasien dipuasakan
Penghisapan cairan lambung pada kasus yang berat
Penggantian cairan dan elektrolit
Differential Diagnosis



KOMPLIKASI
Timbulnya Diabetes Mellitus
Tetani hebat
Efusi pleura (khususnya pada hemitoraks kiri)
Abses pankreas atau psedokista.

Asuhan Keperawatan
Anamnesa.
Biodata
Keluhan utama : nyeri epigastrium, abdomen bawah atau terlokalisir pada daerah torasika posterior dan lumbalis.
Riwayat penyakit sekarang : nyeri, lokasi, durasi, faktor-faktor pencetus dan hubungan nyeri dengan makanan, postur, minum alkohol, anoreksia, dan intoleransi makanan
Riwayat penyakit lalu : tindakan colecystectomy, atau prosedur diagnostik seperti ERCP
Riwayat kesehatan keluarga : riwayat keluarga yang mengkonsumsi alkohol, mengidap pankreatitis dan penyakit biliaris
Pengkajian psikososial : riwayat penggunaan alkohol pada klien
Pola aktivitas : melaporkan adanya steatorea (feses berlemak), juga penurunan berat badan, mual, muntah


















Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
Kaji adanya peningkatan temperatur, takikardi, dan penurunan tekanan darah (Donna D, 1995). Demam merupakan gejala yang umum biasanya (dari 39° C).
Sistem gastrointestinal
Nyeri abdomen. Juga terdapat distensi abdomen bagian atas dan terdengar bunyi timpani. Bising usus menurun atau hilang karena efek proses peradangan dan aktivitas enzim pada motilitas usus
Sistem cardiovaskular
Sistem sirkulasi
Sistem respirasi
Sistem metablisme
Sistem urinari
Sistem integumen

Masalah Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan mual muntah
Defisit volume cairan berhubungan dengan diaphoresis, mual, muntah
Pola pernafasan yang tidak efektif berhubungan imobilisasi akibat rasa nyeri yang hebat, infiltrat pulmoner, efusi pleura dan atelektasis
Resiko infeksi berhubungan dengan imobilisasi, proses inflamasi, akumulasi cairan
Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan


Intervensi
Nyeri Berhubungan Dengan Proses Inflamasi
Tujuan : Nyeri hilang atau terkontrol
Kriteria standart : Pasien menyatakan nyeri hilang/terkontrol Pasien mengikuti program terapeutik menunjukkan metode mengurangi nyeri
Intervensi dan Rasional : 
Selidiki keluhan verbal nyeri, lihat lokasi dan intensitas khusus (skala 0 -10). Catat faktor-faktor yang meningkatkan dan mengurangi nyeri.
Pertahankan tirah baring selama serangan akut. Berikan lingkungan yang tenang
Ajarkan teknik distraksi relaksasi
Pertahankan lingkungan bebas lingkungan berbau.
Kolaborasi pemberian analgesik narkotik, contoh meferidin (demerol).
Siapkan untuk intervensi bedah bila diindikasikan
Intervensi
Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Berhubungan Dengan Mual Muntah
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2×24 jam.
Kriteria standart : Menunjukkan peningkatan berat badan, tidak mengalami malnutrisi
Intervensi dan Rasional :
Kaji abdomen, catat adanya/ karakter bising usus, distensi abdomen dan keluhan mual.
Berikan perawatan oral higiene
Bantu pasien dlam pemilihan makanan/ cairan yang memenuhi kebutuhan nutrisi dan pembatasan bila diet dimulai.
Observasi warna/ konsistensi/ jumlah feses. Catat konsistensi lembek/ bau busuk.
Tes urine untuk gula dan aseton
Kolaborasikan pemberian vitamin ADEK
Kolaborasikan pemberian trigliserida rantai sedang (contoh : MCT, portagen)
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN CUSHING SYNDROME




OLEH
Abror Shodiq

Penegrtian
Cushing’s Syndrome
Hypercortisolism of any cause

Cushing’s Disease
Corticotropin (ACTH) secreting pituitary adenoma
Cushing syndrome
Penyakit hiperkortisolisme
Hipersekresi dari glukokortikoid / kortisol dari kortek adrenal
Mengganggu pengaturan fungsi tubuh
Menimbulkan masalah medis dan keperawatan
Kejadian sering pada wanita, rasio 5:1
Usia awitan 20-40 tahun
Anatomi & fisiologi kel.adrenal
Disebut juga kel. Suprarenalis
Letak di atas kutub sebelah atas setiap ginjal
Terdiri dari korteks (luar) dan medula (dalam)
Bag.korteks menghasilkan kortisol / hidrokortison
Bag. Medula menghasilkan adrenalin (epineprin & norepineprin)




Kelenjar Adrenal
Struktur Adrenal
Anatomi dan Histologi

Adrenal gland
Adrenal gland


Adrenal physiology
Cortex
Cortisol
Aldosterone
DHEA, DHEAS, androstenedione
Medulla
Epinephrine
Norepinephrine
Dopamine
Definisi
Suatu kelainan yang disebabkan oleh kelebihan produksi glukokortikoid dari kelenjar adrenal
Harvey Cushing (1932) menganggap kausa primer dari syndrome ini terletak di hipofisis atau hiperplasi dari korteks adrenal
Efek kortisol terhadap aktifitas metabolisme :
Memacu glikogenolisis, glukoneogenesis dan katabolisme protein.
Meningkatkan kontraksi jantung
Menghambat aktifitas osteoblast
Menghambat absorbsi kalsium di usus
Anti inflamasi
Imunosupresif
Etiologi Cushing Syndrome
Produksi yang berlebih dari cortikoid
Kelainan supraren berupa hiperplasi bilateral, adenoma, karsinoma
Atropi kelenjar suprarenalis
Cushing Syndrome yang congenetal selalu disebabkan oleh hiperplasi supraren yg bilateral.
Insidensi
Bila gejala mulai pre pubertas sering karena tumor maligna dari supraren
Pada dewasa causanya :
60 % hiperplasi bilateral supraren
30 % tumor supraren
10 % jar.supraren normal (dianggap causa primer di hipofisis)
Klasifikasi CS
Primary Cushing Syndrome
sekresi kortisol berlebih o/k carsinoma adrenal
Secondary Cushing Syndrome
disebabkan o/k hipotalamus atau pituitary
Latrogenicalty – Induced Cushing Syndrome
peningkatan sekresi kortisol o/k pemberian glukokortikoid eksogen yang lama.

Tanda dan Gejala
Kelemahan otot
Striae ungu di abdomen
Osteoporosis, sakit punggung, fraktur kompresi
Distribusi lemak sentripetal
Buffalo hump
Obesitas di muka ( moon face)
Hipertensi , udema perifer
Terdapat psikosa

Symptoms of Excess Cortisol
Truncal obesity
Moon face
Fat deposits supraclavicular fossa and posterior neck- buffalo hump
HTN
Hirsutism
Amenorrhea or impotence
Depression
Thin skin
Easy bruising
Purplish abdominal striae
Proximal muscle weakness
Osteoporosis
Diabetes Mellitus
Avascular necrosis
Wound healing impaired
Pysch symptoms
Hyperpigmentation
Hypokalemic alkalosis


Skin
Thin Skin
Hirsutism
Acne
Striae
Bruising
Cardio-vascular
Hypertension
Psychiatric
Depression
Musculoskeletal
Moon face
Buffalo hump
Truncal obesity
Thin Limbs
Proximal weakness
Metabolic
Hyperglycemia
Osteoporosis
Hypokalemia


증 례
증 례
증 례



Gejala lanjutan….
Fraktur multiple
Infeksi
Kerusakan vaskuler
Muka banyak rambut
Gangguan faal kelamin
Polidipsi dan poliuri
Maskulinisasi wanita, gangg. Menstruasi, feminisasi pria,impotensi, penurunan libido
Kadang timbul DM
Diagnosa banding / DD
Obesitas
Hipertensi
DM

Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium
Hiperglikemia
Alkalosis metabolik
Hipokalemia
Peningkatan ACTH
Peningkatan natrium
Peningkatan leukosit
Peningkatan kortisol urin


Diagnostik …….
Hasil rontgen
Sella tursika normal
Osteoporosis pada tengkorak & colum vertebrata
IVP : Pembesaran kel.supraren



Penatalaksanaan Medis
Bila causa tumor dapat dilakukan operasi
Pemberian substitusi kortikoid setelah operasi,o/k sisa kel.yg diambil akan mengalami atropi
Bila kausa hiperplasi bilateral adrenal maka terapi ditujukan baik pada adrenal maupun hipofisis, setelah adrenektomi total perlu diberikan kortikosteroid seumur hidup
Koreksi ketidakseimbangan elektrolit

Diagnosa keperawatan
Kelebihan volume cairan
Defisit perawatan diri
Perubahan proses pikir
Risiko infeksi
Risiko cidera
Penatalaksanaan Keperawatan
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Diit tepat, mengurangi kalori dan karbohidrat, rendah natrium dan tinggi kalium
Mencegah injuri dan infeksi
Mencegah komplikasi skunder
Suport emosional
Tatalaksana keperawatan ….
Mempertahankan personalhigiene
Mempertahankan integritas kulit
Mempertahankan pola aktifitas & istirahat
Mempertahankan pola eliminasi
Mempertahankan kemandirian pasien

Komplikasi
Fraktur patologis
Gagal jantung kongestif
Ulkus peptikum
Stroke
DM
Hipertensi
Infeksi
Penurunan emosional



Pathology
Hypercortisolism (Cushing’s syndrome)
Endogenous causes: contd …
3. Ectopic ACTH secreting conditions = Small cell Carcinoma of Lung (MC)
Age/ sex = Male, 5oyrs.
Adrenal = bilateral hyperplasia
Lab= ↑ ACTH, ↑ cortisol ( same as Cushing's disease)
Morphology = pituitary & adrenal changes
Pituitary (same in all types)= Crooke hyaline change (↑intermediate keratin)
Adrenal cortex = depends on the specific type

Latihan fisik pada masa kehamilan dan setelah persalinan

BAB I
PENDAHULUAN

Latihan fisik pada masa kehamilan dan setelah persalinan adalah gerakan fisik yang terarah dan terkoordinir yang dapat membantu derajat kesehatan dan mengurangi penyakit pada waktu persalinan serta mempercepat penyembuhan pada waktu nifas.
Meskipun banyak keuntungannya secara medis yang diperolah melalui senam, perlu diberikan perhatian khusus untuk menghindari efek samping dari cara melakukan latihan yang salah. Petunjuk yang sistematis akan memberikan contoh latihan yang benar dan aman.












BAB II
ISI
A. Pengertian
Kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang alamiah yang dialami oleh seorang ibu, tetapi bagi seorang ibu yang hamil anak pertama sering dianggap sebagai peristiwa yang mencemaskan.
Bagi ibu hamil segala sesuatu yang berada disekitar hidupnya akan berpengaruh langsung pada dirinya. Yang jelas misalnya alat-alat rumah tangga yang serba praktis dan modern, alat angkut, alat pembersih rumah tangga dan lain-lain, yang tidak menggunakan tenaga kerja jasmani sehingga otot-otot dan sendi dalam tubuh makin tidak efisien kerjanya. Sehingga otot-otot dan sendi akan kaku tidak elastis dan lemah. Padahal bagi ibu yang melahirkan dibutuhkan oto-otot dan sendi yang kuat dan elastis. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu cara adalah mengikuti senam. Begitu juga dengan ibu seterlah melahirkan supaya otot-otot dan tubuhnya cepat kembali segar dianjurkan mengikuti senam setelah melahirkan yang akan banyak manfaatnya bagi ibu setelah melahirkan.

B. Tujuan
Tujuan dilakukan senam nifas adalah :
 Membantu memperlancar sirkulasi darah
 membantu mengembalikan kedudukan otot kandungan
 menguatkan otot-otot perut, otot dasar panggul, dan pinggang
 membantu memperlancar ASI
 membantu membentuk tubuh yang bagus dan seimbang
 mencegah prolaps uteri dan keluhan wasir/ ambeien

C. Persiapan
 Sebelum melakukan senam, baik pre atau post natal care sebaiknya diberikan penjelasan secara teori supaya dalam melaksanakan senam tidak salah
 Untuk tempat dipilih yang tenang dan cukup ventilasi
 Alat :
1. Matras
2. sprei, bantal dan guling
3. sarung bantal dan guling
4. baju senam yang panjang dan longgar
5. gambar anatomi
6. tape recorder
7. handuk kecil

D. Pelaksanaan
hal – hal yang perlu dilakukan sebelum latihan dilakukan:
- Pengukuran tanda-tanda vital dan berat badan
- Pemanasan 5-10 menit
- Latihan inti 15 menit
- latihan diakhiri dengan gerakan-gerakan ringan (jalan dan pelemasan seperlunya
dilakukan senam bersama 1 minggu sekali dirumah setiap hari sebelim makan/ 3 jam setelah makan
dilakukan sampai 6-8 minggu setelah melahirkan
Cara latihan senam :
1. Latihan untuk memperlancar sirkulasi darah, memperkuat otot kaki






Duduk dengan lengan menahan dilantai, kaki digerakkan seperti arah panah
2. latihan untuk memperkuat otot dasar panggul




duduk seperti diatas, tungkai kanan diletakkan diatas tungkai kiri, kemudian tungkai kiri digerakkan keatas, serta sekaligus mengerutkan dubur selama 3-5 detik
3. latihan otot dada dan pernafasan
Duduk bersila dengan posisi lengan disamping agak kedepan lalu tekan lengan ke dalam





4. latihan untuk mengecilkan perut




duduk dengan lutut agak ditekuk, lalu badan dicondongkan, lengan lurus ke depan
5. latihan untuk menguatkan otot perut dasar panggul




berlutut dengan lengan menahan pada lantai, punggung lurus, lalu punggung dibengkokkan keatas dengan mengerutkan luang dubur selama 3-5 detik
6. latihan untuk melatih perut dan memperkuat otot tungkai




Posisi push up dengan bertekan pada lutut. Latihan ini untuk menguatkan otot perut
7. latihan untuk melatih postur dan menguatkan otot tungkai








8.






Latihan pasca persalinan (masa nifas) gerakkan diarahkan lebih pada perbaikan otot disekeliling perut, perbaikan postur dan perbaikan otot-otot pinggul
Penutup
Untuk keterangan lebih lanjut dapat berhubungan dengan sub.dit. Bina Kesehatan Olah Raga Departemen Kesehatan RI, jalan H.R Rasuna Said Blok X.5 Kav. No. 4-9, Jakarta Selatan

E. Kontra Indikasi
- Ibu dengan penyakit jantung
- Ibu dengan kehamilan pre eklamsi
- Ibu dengan perdarahan











BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
 Dengan dilakukannya senam nifas, ibu post partum akan cepat memperoleh keseimbangan tubuh
 Penyembuhan persalinan akan lebih cepat
 Memperlancar air susu
Dengan demikian bagi ibu-ibu setelah melahirkan diharapkan mengikuti senam nifas agar memperolah kesehatan dan tampil lebih bugar.
Demikian pembahasan kami tentang senam nifas, semoga bermanfaat bagi kita semua.
PLASENTA PREVIA

A. PENGERTIAN
Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum).
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu :
1. Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan lahir.

B. CIRI – CIRI PLASENTA PREVIA
1. Perdarahan tanpa nyeri
2. Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya perlahan-lahan
6. Waktu terjadinya saat hamil
7. His biasanya tidak ada
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
9. Denyut jantung janin ada
10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
12. Presentasi mungkin abnormal.

C. ETIOLOGI
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapafaktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekasoperasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksirahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim.

D. DIAGNOSIS PLASENTA PREVIA :
1. Anamnesis : adanya perdarahan per vaginam pada kehamilan lebih 20 minggu dan berlangsung tanpa sebab.
2. Pemeriksaan luar : sering ditemukan kelainan letak. Bila letak kepala maka kepala belum masuk pintu atas panggul.
3. Inspekulo : adanya darah dari ostium uteri eksternum.
4. USG untuk menentukan letak plasenta.
5. Penentuan letak plasenta secara langsung dengan perabaan langsung melalui kanalis servikalis tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan yang banyak. Oleh karena itu cara ini hanya dilakukan diatas meja operasi.

D. PENATALAKSANAAN PLASENTA PREVIA :
1. Konservatif bila :
a. Kehamilan kurang 37 minggu.
b. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
c. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh
perjalanan selama 15 menit).
2. Penanganan aktif bila :
a. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
b. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
c. Anak mati


Perawatan konservatif berupa :
- Istirahat.
- Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
- Memberikan antibiotik bila ada indikasii.
- Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.

Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama.

Penanganan aktif berupa :
- Persalinan per vaginam.
- Persalinan per abdominal.

Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
1. Plasenta previa marginalis
2. Plasenta previa letak rendah
3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus per vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.

E. INDIKASI MELAKUKAN SEKSIO SESAR :
- Plasenta previa totalis
- Perdarahan banyak tanpa henti.
- Presentase abnormal.
- Panggul sempit.
- Keadaan serviks tidak menguntungkan (beelum matang).
- Gawat janin

Pada keadaan dimana tidak memungkinkan dilakukan seksio sesar maka lakukan pemasangan cunam Willet atau versi Braxton Hicks.

























DAFTAR PUSTAKA

1. Pengurus Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Perdarahan Antepartum. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bag. I. Jakarta. 1991 : 9-13.
2. Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N, Rambulangi J. Penatalaksanaan Perdarahan Antepartum. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS, Ujung Pandang, 1997.
TINJAUAN PUSTAKA


A. PENGERTIAN
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).

B. ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :

1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda

2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.

3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.

4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks

5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.

6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.

7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

C. KLASIFIKASI PERTUMBUHAN SEL AKAN KANKERS SERVIKS

Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.

2. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.

3. Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.

4. Stadium karsinoma invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.

5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.

Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.

Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.


Markroskopis
1. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

D. GEJALA KLINIS
1. Perdarahan
Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat.
2. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebeluma ada perdarahan. Pada stadium lebih lanjut perdarahan dan keputihan lebih banyak disertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.

4. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali

5. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.

6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

F. KLASIFIKASI KLINIS
• Stage 0:Ca.Pre invasif
• Stage I: Ca. Terbatas pada serviks
• Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis
• Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I
• Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
• Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
• Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.

G. Terapi
1. Irradiasi
• Dapat dipakai untuk semua stadium
• Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
• Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
2. Dosis
Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
3. Komplikasi irradiasi
• Kerentanan kandungan kencing
• Diarrhea
• Perdarahan rectal
• Fistula vesico atau rectovaginalis
4. Operasi
• Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
• Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
5. Kombinasi
• Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
6. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.

H. HUBUNGAN KANKER SERVIKS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN

Jika diperhatikan secara keseluruhan maka proses terjadinya Ca. Serviks dan masalah keperawatan yang muncul dapat diperhatikan pada bagan berikut :

Faktor :

Prilaku Lingkungan
( Sex aktif, paritas, personal higiene) ( Polusi, onkonenik agent, virus,
radiasi)


Kanker Serviks



Pelayanan Kesehatan Genetika
( Deteksi dini penyakit, laboraorium, (Keluarga yang menderita Ca,
Penanganan kasus P. Kelamin keluarga dengan ambang stress rendah)
penyuluhan pencegahan Ca. Serviks)


- Kelemahan jaringan/ dinding menjadi rapuh  perdarahan masif  anemia
- Peningkatan kadar leukosit / kerusakan nosiseptor / penekanan pada dinding serviks  Nyeri
- Gangguan peran sebagai istri dan gangguan gambaran diri  Ggn konsep diri.
- Gejala tidak nyata  adanya berbagai macam tindakan untuk menegakkan diagnose terdiagnose Ca  kecemasan

I. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang

Data pasien :
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.

Keluhan utama : pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air.

Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.

Riwayat penyakit sebelumnya :
Data yang perlu dikaji adalah :
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker.
Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya:
Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.

Data khusus:
1. Riwayat kebidanan ; paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang
2. Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan (anemia) b/d perdarahn intraservikal
b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu makan
c. Gangguan rasa nyama (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal
d. Cemas b.d terdiagnose c.a serviks sekunder akibat kurangnya pengetahuan tentang Ca. Serviks dan pengobatannya.
e. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan terhadap pemberian sitostatika.

3. Perencanaan
Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahan masif intra cervikal
Tujuan :
Setelah diberikan perawatan selama 1 X 24 jam diharapkan perfusi jaringan membaik :

Kriteria hasil :
a. Perdarahan intra servikal sudah berkurang
b. Konjunctiva tidak pucat
c. Mukosa bibir basah dan kemerahan
d. Ektremitas hangat
e. Hb 11-15 gr %
d. Tanda vital 120-140 / 70 - 80 mm Hg, Nadi : 70 - 80 X/mnt, S : 36-37 Derajat C, RR : 18 - 24 X/mnt.

Intervensi :
- Observasi tanda-tanda vital
- Observasi perdarahan ( jumlah, warna, lama )
- Cek Hb
- Cek golongan darah
- Beri O2 jika diperlukan
- Pemasangan vaginal tampon.
- Therapi IV

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan.
Tujuan :
- Setelah dilakukan perawatan kebutuhan nutrisi klien akan terpenuhi

Kriteria hasil :
- Tidak terjadi penurunan berat badan
- Porsi makan yang disediakan habis.
- Keluhan mual dan muntah kurang

Intervensi :
- Jelaskan tentang pentingnya nutrisi untuk penyembuhan
- Berika makan TKTP
- Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Jaga lingkungan pada saat makan
- Pasang NGT jika perlu
- Beri Nutrisi parenteral jika perlu.


Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal

Tujuan
- Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam diharapka klien tahu cara-cara mengatasi nyeri yang timbul akibat kanker yang dialami

Kriteria hasil :
- Klien dapat menyebutkan cara-cara menguangi nyeri yang dirasakan
- Intensitas nyeri berkurangnya
- Ekpresi muka dan tubuh rileks

Intervensi :
- Tanyakan lokasi nyeri yang dirasakan klien
- Tanyakan derajat nyeri yang dirasakan klien dan nilai dengan skala nyeri.
- Ajarkan teknik relasasi dan distraksi
- Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien
- Kolaborasi dengan tim paliatif nyeri

Cemas yang berhubungan dengan terdiagnose kanker serviks sekunder kurangnya pengetahuan tentang kaker serviks, penanganan dan prognosenya.

Tujuan :
Setelah diberikan tindakan selama 1 X 30 menit klien mendapat informasi tentang penyakit kanker yang diderita, penanganan dan prognosenya.

Kriteria hasil :
- Klien mengetahui diagnose kanker yang diderita
- Klien mengetahui tindakan - tindakan yang harus dilalui klien.
- Klien tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk mencegah komplikasi.
- Sumber-sumber koping teridentifikasi
- Ansietas berkurang
- Klien mengutarakan cara mengantisipasi ansietas.

Tindakan :
- Berikan kesempatan pada klien dan klien mengungkapkan persaannya.
- Dorong diskusi terbuka tentang kanker, pengalaman orang lain, serta tata cara mengentrol dirinya.
- Identifikasi mereka yang beresiko terhadap ketidak berhasilan penyesuaian. ( Ego yang buruk, kemampuan pemecahan masalah tidak efektif, kurang motivasi, kurangnya sistem pendukung yang positif).
- Tunjukkan adanya harapan
- Tingkatkan aktivitas dan latihan fisik

Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan sekunder terhadap pemberian sitostatika.

Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabil

Kriteria hasil :
- Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya
- Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat.
- Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif.
- Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.

Intervensi :
- Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positif.
- Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikanbperasaan dan pikian tentang kondisi, kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan.
- Berikan informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang penyakitnya.
- Bantu klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri melewati hidup dengan kanker, meliputi hubungan interpersonal, peningkatan pengetahuan, kekuatan pribadi dan pengertian serta perkembangan spiritual dan moral.
- Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan, penurunan kemampuan merawat diri, isolasi sosial, penolakan untuk mendiskusikan masa depan.
- Bantu dalam penatalaksanaan alopesia sesuai dengan kebutuhan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling secara profesional.