Jumat, 08 Juli 2011

Kanker Endometrium

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju. Selama tahun 2005, diperkirakan di Amerika terdapat sekitar 40.880 kasus baru dengan sekitar 7.100 kematian terjadi karena kanker endometrium. Kanker endometrium paling sering terdiagnosis pada usia pasca menopause, dimana 75% kasus terjadi pada wanita usia pasca menopause. Meskipun demikian sekitar 20% kasus terdiagnosis pada saat premenopause. Kanker endometrium uterus telah mengalami peningkatan angka kejadian di Indonesia, sebagian Karena penderita hidup lebih lama dan pelaporan lebih akurat. Sekitar 32.000 kasus di perkirakan akan terjadi setiap tahunnya dengan 5900 kematian. Sepertiga wanita dengan perdarahan pascamenopause mempunyai kanker uterus. Usia rata-rata adalah 61, dan kebanyakan pasien setidaknya berusia 55 tahun.
Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan kanker endometrium yaitu hormon replacement theraphy, terapi Tamoxifen, obesitas, wanita pasca menopause, nulipara atau dengan paritas rendah, dan keadaan anovulasi. Hal-hal tersebut berkaitan dengan keadaan upopposed estrogen yang meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan terhadap estrogen atau meningkatkan kadar progesteron, seperti penggunaann kontrasepsi oral dan merokok, merupakan faktor yang bersifat protektif. Kanker endometrium stadium awal memiliki prognosis yang cukup baik. Kanker endometrium terdiagnosis saat masih terlokalisir memiliki survival rate lima tahunnya mencapai 96%, dan menurun sampai ke 44% pada stadium lanjut. Dengan pengetahuan yang baik tentang perdarahan pervaginam pasca menopause di dunia Barat, sebagian besar kasus ini, sekitar 77% terdiagnosis pada stadium dini. Teknik skrining yang dapat digunakan adalah skrining non-invasif, seperti USG dan teknik invasif seperti pemeriksaan D&C dan biopsi endometrium yang merupakan tehnik yang digunakan untuk mengevaluasi jaringan endometrium dan menjadi bakuan dalam menilai status endometrium. Biopsi endometrium mempunyai sensitifitas yang baik dengan negatif palsu yang rendah dan sebagian besar disebabkan karena kesalahan dalam pengambilan. Namun demikian penentuan stadium karsinoma endometrium yang akurat adalah melalui prosedur pembedahan. Oleh karena itu, penanganan Ca endometrium sangat memerlukan tindakan khusus dari perawat untuk mencegah memburuknya kondisi kesehatan klien. Hal tersebut dikarenakan klien yang mengalami Ca endometrium dalam kondisi gawat yang dapat mengancam jiwa klien. Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai satu kasus kanker endometrium beserta penatalaksanaannya.


B. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami tentang asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan gangguan Ca endometrium

Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian Ca endometrium
2. Mahasiswa memahami klasifikasi dari Ca endometrium
3. Mahasiswa memahami etiologi dari Ca endometrium
4. Mahasiswa memahami tanda dan gejala pada pasien Ca endometrium
5. Mahasiswa mengetahui patofisiologi dan pathway dari Ca endometrium
6. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang
7. Mahasiswa mampu memahami Penatalaksanaan dari Ca endometrium
8. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien Ca endometrium






BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada organ endometrium atau pada dinding rahim. Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah pir sebagai tempat tertanam dan berkembangnya janin. kanker endometrium kadang-kadang disebut kanker rahim, tetapi ada sel-sel lain dalam rahim yang bisa menjadi kanker seperti otot atau sel miometrium. kanker endometrium sering terdeteksi pada tahap awal karena sering menghasilkan pendarahan vagina di antara periode menstruasi atau setelah menopause (Whoellan 2009)

B. Klasifikasi (Pada tahun 1988 FIGO menetapkan kriteria stadium surgikal)
IA (G1, G2, G3) : Tumor tebatas pada endometrium
IB (G1, G2,G3) : Menginvasi kurang dari setengah miometrium
IC (G1, G2, G3) : Menginvasi lebih dari setengah miometrium
IIA (G1, G2, G3) : Mengenai kelenjar endoserviks
IIB (G1, G2, G3) : Menginvasi stroma serviks
IIIA (G1,G2,G3) : Menginvasi ke lapisan serosa dan/atau adneksa dan /atau pemeriksaan sitologi peritoneum positif
IIIB (G1, G2, G3) : Metastasis ke vagina
IIIC (G1, G2,G3) : Metastasis ke kelenjar getah bening pelvis dan/atau para-aorta
IVA (G1, G2,G3) : Invasi ke kandung kemih dan/atau mukosa usus.
IVB : Metastasis jauh termasuk ke rongga abdomen dan/atau kelenjar getah bening ingunal.
Keterangan : Kanker endometrium dibagi atas derajat (G) sesuai dengan derajat diferensiasi histologik.
G1 = 5% atau kurang gambaran pertumbuhan padat;
G2 = 6-50% gambaran pertumbuhan padat
G3 = > 50 % gambaran pertumbuhan padat



C. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium, tetapi beberapa penelitiian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus bisa menyebabkan kanker endometrium. Berikut ini beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan munculnya kanker endometrium :
a. Obesitas atau kegemukan.
Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi konversi androstenedion menjadi estron. Pada obesitas konversi ini ditemukan sebanyak 25-20 kali. Obesitas merupakan faktor resiko utama pada kanker endometrium sebanyak 2 sampai 20 kali. Wanita dengan berat badan 10-25 Kg diatas berat badan normal menpunyai resiko 3 kali lipat dibanding dengan wanita dengan berat badan normal. Bila berat badan lebih dari 25 Kg diatas berat badan normal maka resiko menjadi 9 kali lipat.
b. Haid pertama (menarche).
Wanita mempunyai riwayat menars sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko 1,6 kali lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai riwayat menars setelah usia lenih dari 12 tahun. Menstruation span merupakan metode numerik untuk menentukan faktor resiko dengan usia saat menarche, usia menopause dari jumlah paritas. Menstruasion span (MS) = usia menars – (jumlah paritas x1,5). Bila MS 39 maka resiko terkena kanker endometrium sebanyak 4,2 kali dibanding MS < 29.
c. Tidak pernah melahirkan.
Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik sudah menikah atau belum dibanding wanita yang pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa 25% penderita kanker endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara). Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih berperan daripada jumlah melahirkan (paritas).
d. Penggunaan estrogen.
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan hormon ini diikuti dengan meningkatnya resiko kanker endometrium.


e. Hiperplasia endometrium.
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan selaput lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel jika hiperplasia endometrium disertai sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi kanker endometrium sebesar 23%.
f. Diabetes mellitus (DM).
Diabetes melitus dan tes toleransi glukosa (TTG) abnorml merupakan faktor resiko keganasan endometrium. Angka kejadian diabetes melitus klinis pada penderita karsinoma endometrium berkisar antara 3-17%, sedangkan angka kejadian TTG yang abnormal berkisar antara 17-64%.
g. Hipertensi.
50% dari kasus endometrium menderita hipertensi dibandingkan dengan 1/3 populasi kontrol yang menderita penyakit tersebut, kejadian hipertensi pada keganasan endometrium menurut statistik lebih tinggi secara bermakna daripada populasi kontrol.
h. Faktor lingkungan dan diet.
Faktor lingkungan dan menu makanan juga mempengaruhi angka kejadian keganasan endometrium lenih tinggi daripada di ngara-negara yang sedang berkembang. Kejadian keganasan endometrium di Amerika Utara dan Eropa lebih tinggi daripada angka kejadian keganasan di Asia, Afrika dan Amerika latin. Agaknya perbedaan mil disebabkan perbedaan menu dan jenis makan sehari-hari dan juga terbukti dengan adanya perbedaan yang menyolok dari keganasan endometrium pada golongan kaya dan golongan miskin. Keadaan ini tampak pada orang-orang negro yang pindah dari daerah rural ke Amerika Utara. Hal yang sama juga terjadi pada orang-orang Asia yang pindah ke negara industri dan merubah menu makanannya dengan cara barat seperti misalnya di Manila dan Jepang, angka kejadian keganasan endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara Asia lainnya
i. Riwayat keluarga.
Ada kemungkinan terkena kanker endometrium, jika terdapat anggota keluarga yang terkena kanker ini, meskipun prosentasenya sangat kecil.
j. Tumor memproduksi estrogen.
Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa, akan meningkatkan angka kejadian kanker endometrium.


D. Manifestasi Klinis
Beberapa gejala kanker endometrium adalah sebagai berikut :
1. Rasa sakit pada saat menstruasi.
2. Rasa sakit yang parah dan terus menerus pada perut bagian bawah, rasa sakit ini akan bertambah pada saat berhubungan seks.
3. Sakit punggung pada bagian bawah.
4. Sulit buang air besar atau diare.
5. Keluar darah pada saat buang air kecil dan terasa sakit.
6. Keputihan bercampur darah dan nanah.
7. Terjadi pendarahan abnormal pada rahim.

E. Patofisiologi
Kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di luar rahim. Padahal, seharusnya jaringan endometrium melapisi dinding rahim. Kanker endometrium tumbuh pada ovarium, tuba falopii, dan saluran menuju vagina. Kanker ini bukan merupakan penyakit akibat hubungan seksual. Wanita muda maupun yang sudah tua dapat terkena penyakit ini. Walaupun pada umumnya yang terserang wanita yang sudah tua. Tumbuhnya jaringan endometrium di luar rahim kemungkinan disebabkan oleh darah menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim. Kemungkinan lain adalah jaringan endometrium terbawa ke luar rahim melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.





F. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum tindakan operasi, pemeriksaan yang perlu dilakukan:
1. Foto toraks untuk menyingkirkan metastasis paru-paru
2. Tes Pap, untuk menyingkirkan kanker serviks
3. Pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah tepi, faal hati, faal ginjal, elektrolit.


G. Penatalaksaan Medis
Sampai saat ini belum ada metode skrining untuk kanker endometrium.
Hanya untuk pasien yang termasuk dalam risiko tinggi seperti Lynch syndrome tipe 2 perlu dilakukan evaluasi endometrium secara seksama dengan hysteroscopy dan biopsy. Pemeriksaan USG transvaginal merupakan test non invasif awal yang efektif dengan negative predictive value yang tinggi apabila ditemukan ketebalan endometrium kurang dari 5 mm. Pada banyak kasus histeroskopi dengan instrumen yang fleksibel akan membantu dalam penemuan awal kasus kanker endometrium.
Pada stadium II dilakukan histerektomi radikal modifikasi, salpingo-ooforektomi bilateral, deseksi kelenjar getah bening pelvis dan biopi paraaorta bila mencurigakan, bilasan peritoneum, biopsi omenteum (omentektomi partialis),biopsi peritoneum.
Pada stadium III dan IV : operasi dan/atau radiasi dan/atau kemoterapi. Pengangkatan tumor merupakan terapi yang utama, walaupun telah bermetastasis ke abdomen.











H. Pathway










Kanker endometrium
Tanda dan gejala


nosa









Proses Keperawatan
Pengkajian
Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan pelvis, serta pemeriksaan laboratorium dilakukan. Data pengkajian tambahan mencakup respon psikososial pasien, karena keharusan untuk menjalani pembedahan dapat menunjukkan reaksi emosional yang kuat dan adanya ketakutan. Jika pembedahan dilakukan untuk mengangkat kanker endometrium, cemas yang berhubengan dengan ketakutan akan kanker dan kematian menambah stress pada pasien dan keluarganya.
Diagnosa keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien dapat mencakup sebagai berikut:
1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri biologi
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
3. Keletihan berhubungan dengan keadaan penyakit
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan aspek pembedahan dan perawatan diri
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan cemas
Perencanaan dan Implementasi
1. Nyeri b.d agen injuri biologi
Tujuan.
- Menunjukkan tehnik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan
- Menunjukkan penurunan tingkat nyeri
- Melaporkan kesejahterraan fisik dan psikologis
- Mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk menceah nyeri
- Melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan
Intrvensi
- Pemberian analgetik : penggunaan agen-agen farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
- Penetalaksanaan nyeri : meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien
2. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri
Tujuan
- Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal/nonverbal
- Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya mulai berkurang
- Mampu menanggulangi, mampu menggunakan sumber-sumber pendukung untuk memecahkan masalah yang dialaminya

Intervensi
- Observasi peningkatan pernafasan, agitasi, kegelisahan dan kestabilan emosi.
Hipoksemia dapat menyebabkan kecemasan.
- Pertahankan lingkungan yang tenang dengan meminimalkan stimulasi. Usahakan perawatan dan prosedur tidak menggaggu waktu istirahat.
Cemas berkurang oleh meningkatkan relaksasi dan pengawetan energi yang digunakan.
- Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi.
Memberi kesempatan untuk pasien untuk mengendalikan kecemasannya dan merasakan sendiri dari pengontrolannya.
- Identifikasi persepsi pasien dari pengobatan yang dilakukan
Menolong mengenali asal kecemasan/ketakutan yang dialami
- Dorong pasien untuk mengekspresikan kecemasannya.
Langkah awal dalam mengendalikan perasaan-perasaan yang teridentifikasi dan terekspresi.
- Membantu menerima situsi dan hal tersebut harus ditanggulanginya.
Menerima stress yang sedang dialami tanpa denial, bahwa segalanya akan menjadi lebih baik.

3. Gangguan pola tidur b.d cemas
Tujuan
- Mengidentifikasi tindakan yang dapat meningkatkan tidur/istirahat
- Menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi
Intervensi
Peningkatan pola tidur : fasilitasi siklus tidur/bangun yang teratur
4. Kurang pengetahuan b.d aspek pembedahan dan perawatan diri
Tujuan
- Pasien dapat menerangkan hubungan antara proses penyakit dan terafi
- Menjelaskan secara verbal diet, pengobatan dan cara beraktivitas
- Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang membutuhkan perhatian medis
- Memformulasikan rencana untuk follow –up
Intervensi
- Memfasilitasi daerah pasien dan menggunakan layanan kesehatan yang tepat
- Membantu pasien dalam memahami informasi yang behubungan dengan proses timbulnya penyakit secara khusus.
- Membantu individu dalam memahami dimensi fisik dan psikososial pertumbuhan dan perkembangan seksual.
5. Keletihan b.d keadaan penyakit
Tujuan
- Mempertahankan kebiasaan interksi social
- Mengidentifikasi faktor psikologi dan fisiologia yang dapat menyebabkan keletihan
- Mempertahankan kemampuan untuk berkonsentrasi
- Melaporkan bahwa energi terpulihakan setelah istirahat
Intervensi
Mengatur penggunaan energi untuk pengobatan atau pencegahan keletihan dan mengoptimalakan fungsi











BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus Terkait
Ny. K, 56 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan perdarahan pervaginam berupa flek-flek sejak 1 bulan yang lalu dan terasa nyeri, klien terlihat menahan nyeri, nyeri yg dirasakan klien seperti retusuk-tusuk pada malam hari selama 15 menit degnan skala 7. Tidak ada keputihan, benjolan di perut maupun gangguan BAK atau BAB. Pasien punya 2 orang anak, yang terkecil usia 27 tahun dan Ny K telah menopause sejak 4 tahun yang lalu. Pasien menikah 1 kali dan suami pasien telah meninggal 1 tahun yang lalu. Tidak ada riwayat penggunaan hormon untuk menopause. Tidak ada riwayat menderita tekanan darah tinggi atau kencing manis. TD 140/100 mmHg TB 142 cm suhu 37,20C RR 26 x/mnit nadi 110 x/mnit HR:110x/mnit BB 49 kg IMT 24,74. Status ginekologis porsio dan mukosa vagina licin, uterus sebesar telur angsa, tidak berbenjol, mukosa rektum licin. pap smear dalam batas normal. Pada USG didapatkan uterus membesar dengan lesi hiperekoik di dalam kavum uteri/endometrium inhomogen bertepi rata. Hasil PA memperlihatkan adanya adenokarsinoma berdiferensiasi sedang-buruk kemungkinan dari endometrium. klien mengatakan tidak bisa tidur karena memikirkan penyakitnya, Pasien terlihat pucat dan berkeringat klien mengatakan cemas ketika akan direncanakan untuk dilakukan laparotomi untuk kanker endometrium stadium II, yang akhirnya untuk meneruskan terapi apa yang akan diberikan pada pasien.









B. Pengkajian
Nama Perawat : Randy
Tanggal Pengkajian : 16 Juni 2011
Jam Pengkajian : 07 : 30 WIB
a. Identitas Pasien :
Nama : Ny. K
Umur : 56 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Status pernikahan : janda dengan 2 orang anak
Alamat : kledokan
Tanggal Masuk RS : 16 juni 2011
Jam masuk : 07.00
Diagnosa Medis : Ca endometrium
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : kledokan
Hubungan dengan klien : Anak Pasien
c. Keluhan Utama : perdarahan pervaginam sejak 1 bulan yang lalu
d. Riwayat Penyakit :
 Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum dibawa ke RS klien mengeluh pendarahan pervaginam berupa flek-flek yang terasa nyeri

 Riwayat Penyakit Dahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami : klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit sebelumnya
2) Alergi : Tidak ada alergi terhadap obat obatan, makanan.
3) Imunisasi : -
4) Kebiasaan merokok : tidak Merokok
5) Obat-obatan : pemakaian analgetik untuk mengurangi nyeri klien
 Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada
e. Pemeriksaan Fisik
- Tingkat kesadaran : CM (compos metis)
- Pemeriksaan tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 140/100 mmHg
Nadi : 110 x/menit
Suhu : 37,20C
Respiratori Rate ( RR ) : 26 x/menit.
HR : 110 x/mnit
f. Pola Aktifitas dan Latihan
1. Tidur dan istirahat
1) Lama tidur : 8 jam/hari Tidur siang: Ya, 2 jam
2) Kesulitan tidur di RS : Ya
3) Alasan : klien merasa gelisah dan lingkungannya tidak tenang
2. Kenyamanan dan nyeri : pasien mengeluh nyeri seperti tertusuk-tusuk dengan skala 7 saat malam hari selama 15 menit

g. Pola Nutrisi
1) Frekuensi makan : 2x/hari
2) Berat Badan / Tinggi Badan : 49/142
3) IMT : 24,74 (Normal)
4) Makanan pantang : Tidak ada pantangan
5) Nafsu makan : klien hanya mengahabiskan setengah dari porsi yang diberikan
6) Masalah pencernaan : sulit BAB
7) Riwayat operasi / trauma gastrointestinal: Tidak pernah

h. Eliminasi fekal/bowel
1) Frekuensi : 1x/hari Penggunaan pencahar: Tidak Ada
2) Waktu : Pagi
3) Warna : Kuning kecoklatan
4) Ggn. Eliminasi bowel : gangguan saat BAB (konstipasi)



i. Eliminasi urin
1) Frekuensi : 2x/hari
2) Warna : kecoklatan Darah: tidak ada
3) Ggn. Eliminasi : Dysuria (rasa sakit dan kesulitan BAK )
4) Riwayat dahulu : Tidak Ada
5) Penggunaan kateter : tidak



C. Analisa data

Nama klien : Ny K
Umur : 56 thn
Diagnosa medis : Ca endometrium
Alamat : kledokan
Tggl/jam Data focus Etiologi Problem
DO: - terlihat benjolan di perut klien
- maupun gangguan BAK (dysuria) atau BAB (konstipasi)
- Klien terlihat menahan nyeri TD: 140/100 mmHg nadi: 110 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:110x/mnit
DS: pasien mengeluhkan perdarahan pervaginam berupa flek-flek sejak 1 bulan yang lalu dan terasa nyeri, nyeri yg dirasakan klien seperti retusuk-tusuk pada malam hati selama 15 menit degnan skala 7 Agen injuri biologi nyeri
DO: Pasien terlihat pucat ketika akan direncanakan untuk dilakukan laparotomi TD: 140/100 mmHg nadi: 110 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:110x/mnit
DS: Pasien mengatakan cemas ketika akan direncanakan laparotomi
Ancaman terhadap konsep diri cemas
DO: klien terlihat pucat TD: 140/100 mmHg nadi: 110 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:110x/mnit
DS: klien mengatakan tidak bisa tidur memikirkan penyakitnya cemas Gangguan pola tidur



D. Prioritas diagnose

1. Nyeri b.d agen injuri biologi ditandai dengan terlihat benjolan di perut klien maupun gangguan BAK (dysuria) atau BAB (konstipasi), klien terlihat menahan nyeri TD: 140/100 mmHg nadi: 110 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:110x.mnit pasien mengeluhkan perdarahan pervagina berupa flek-flek sejak 1 bulan yang lalu dan terasa nyeri, nyeri yg dirasakan klien seperti retusuk-tusuk pada malam hati selama 15 menit degnan skala 7
2. Cemas b.d ancaman terhadap konsep diri ditandai dengan Pasien terlihat pucat ketika akan direncanakan untuk dilakukan laparotomi TD: 140/100 mmHg nadi: 110 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:110x/mnit, Pasien mengatakan cemas ketika akan direncanakan laparotomi
3. Gangguan pola tidur b.d cemas ditandai dengan klien terlihat pucat klien mengatakan tidak bisa tidur memikirkan penyakitnya TD: 140/100 mmHg nadi: 110 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:110x/mnit






E. Rencana Tindakan

No. Dx kep. Tujuan dan KH Intervensi rasionalisasi Nama/TTD
1. Nyeri b.d agen injuri biologi ditandai dengan terlihat benjolan di perut klien maupun gangguan BAK (dysuria) atau BAB (konstipasi), klien terlihat menahan nyeri TD: 140/100 mmHg nadi: 110 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:110x/mnit pasien mengeluhkan perdarahan pervagina berupa flek-flek sejak 1 bulan yang lalu dan terasa nyeri, nyeri yg dirasakan klien seperti retusuk-tusuk pada malam hari selama 15 menit degnan skala 7
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan KH:
- Nyeri yang dirasakan klien berkurang dari 7 menjadi 4
- TTV dalam batas normal TD:120/90 mmHg nadi:90x/mnit RR:24x/mnit suhu:37,20C HR:90x/mnit
- Wajah klien terlihat rileks 1. Kaji nyeri klien secara komprehensif
2. Kaji TTV
3. Atur posisi kenyamanan klien (semi fowler)
4. Kolaborasi dengan kesehatan lain untuk pemberian asam mefenamat 500mg per oral
5. Ajarkan penggunaan tehnik nonfarmakologi (kompres hangat) sebelum nyeri meningkat 1. Untuk mengutahuai lokasi, skala, tingkat nyeri yang dirasakan klien
2. Mengidentifikasi TTV
3. Untuk menemukan posisi kenyamanan klien
4. Mengurangi nyeri klien
5. Mengurangi nyeri yang dirasakan oleh klien
2. Cemas b.d ancaman terhadap konsep diri ditandai dengan Pasien terlihat pucat ketika akan direncanakan untuk dilakukan laparotomi TD: 140/100 mmHg nadi: 110 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:110x/mnit, Pasien mengatakan cemas ketika akan direncanakan laparotomi Setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 1x24 jam diharapkan klien tidak cemas lagi dengan KH:
- Klien tidak telihat pucat
- Klien merasa rileks
TD: 120/90 mmHg nadi: 90 x/mnit RR: 24 x/mnit suhu: 37,20C, HR:90x/mnit 1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami klien
2. Berikan informasi kepada klien dan keluarga tentang perjalanan penyakit tersebut.
3. Ajarkan klien menggunakan tehnik relaksasi (meningkatkan keamanan dan mengurangi takut)
4. Berikan respon positif pada klien saat klien mengungkapkan cemasnya
5. Bantu klien untuk mengungkapkan perasaannya 1. Mengurangi kecemasan klien
2. Untuk menentukan tingkat kecemasan klien
3. Mengalihkan fokus klien terhadap cemas
4. Agar klien merasa lebih nyaman dengan leluasa mengungkapkan rasa cemasnya.
5. Mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi cemas
3. Gangguan pola tidur b.d cemas ditandai dengan klien terlihat pucat klien mengatakan tidak bisa tidur memikirkan penyakitnya TD: 140/100 mmHg nadi: 110 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:110x/mnit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien dapat tidur dengan tenang KH:
- TD: 120/90 mmHg nadi: 90 x/mnit RR: 24 x/mnit suhu: 37,20C HR:90x/mnit
- Klien tidak terlihat pucat
- Klien terlihat rileks 1. Kaji TTV klien
2. Berikan lingkungan tenang, damai, dan minimalkan gangguan
3. Bantu klien mengidentifikasi faktor yang mungkin menyebabkan kurang tidur
4. Pantau pola tidur klien dan catat hubungan faktor-faktor (misal: ketakutan atau ansietas) yang dapat mengganggu pola tidur klien
5. Ajarkan klien tehnik relaksasi (masase) 1. Mengidentifikasi TTV klien
2. Agar klien merasa tenang dan nyaman
3. Mengetahui faktor yang menyebabkan gangguan pola tidur
4. Untuk memantau pola tidur klien dan lama tidur klien
5. Untuk meringankan gangguan pola tidur yang dirasakan klien


F. Implementasi

No. Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi Nama / TTD
1. 05-05-11 09.00








09.30








11.00









12.00









13.00 1. Mengkaji nyeri secara komprehensif
S: klien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk pada malam hari selama 5 mnit, skala dari 7 menjadi 4

O: klien terlihat rileks
2. mengkaji TTV
S: klien bersedia diperiksa

O: TD: 130/90 mmHg nadi: 90 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:100x/mnit

3. mengatur posisi kenyamanan klien (semi fowler)
S: klien merasa belum nyaman

O: klien mencari posisi kenyamanan


4. Kolaborasi dengan kesehatan lain untuk pemberian asam mefenamat 500mg per oral
S: klien mengatakan nyeri berkurang

O: klien terlihat rileks

5. Ajarkan penggunaan tehnik nonfarmakologi (kompres hangat) sebelum nyeri meningkat
S: klien mau mangikuti apa yang peawat ajarkan

O: klien terlihat rileks S: klien mengatakan nyeri berkurang pada malam hari menjadi selama 5 menitdengan skala dari 7 menjadi 4

O: klien terlihat rileks TD: 130/90 mmHg nadi: 90 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:100x/mnit

A: tujuan belum tercapai

P: inturvensi no 1,2,3,4 dan 5 dilanjutkan
2. 05-05-11 09.10








09.50








10.30













11.00









12.00 1. Mengkaji tingkat kecemasan yang dialami klien
S: klien mengatakan cemas

O: klien masih terlihat pucat

2. memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang perjalanan penyakit
S: klien mengerti dengan penyakitnya

O: klien terlihat cemas

3. mengajarkan klien menggunakan tehnik relaksasi (meningkatkan keamanan dan mengurangi takut)
S: klien merasa rileks

O: klien terlihat rileks TD: 130/90 mmHg nadi: 90 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:100x/mnit

4. Berikan respon positif pada klien saat klien mengungkapkan cemasnya
S: klien mengungkapkan perasaan cemasnya

O: klien terlihat rileks

5. membantu klien untuk mengungkapkan perasaannya
S: klien mengungkapkan perasaanya pada perawat

O: klien terlihat tenang S: klien mengatakan cemas berkurang

O: klien terlihat masih pucat TD: 130/90 mmHg nadi: 90 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:100x/mnit

A: tujuan belum tercapai

P: intervensi no. 1,2,3,4 dan 5 dilanjutkan
3. 05-05-11 09.20








10.00








10.20











11.10











12.00 1. Mengkaji TTV klien
S: klien bersedia di periksa

O: TD: 130/90 mmHg nadi: 90 x/mnit RR: 26 x/mnit suhu: 37,20C HR:100x/mnit

2. Memberikan lingkungan tenang, damai, dan minimalkan gangguan
S: klien mengatakan tenang

O: klien terlihat rileks

3. Membantu klien mengidentifikasi faktor yang mungkin menyebabkan kurang tidur
S: klien mengungkapkan apa yang menyebabkan kurang tidur

O: klien terlihat cemas

4. Memantau pola tidur klien dan catat hubungan faktor-faktor (misal: ketakutan atau ansietas) yang dapat mengganggu pola tidur klien
S:

O: klien terlihat rileks

5. Mengajarkan klien tehnik relaksasi (masase)
S: klien mengikuti apa yang perawat ajarkan

O: klien terlihat rileks S: klien mengatakan sudah bisa tidur

O: klien terlihat pucat TD: 130/90 mmHg nadi: 90 x/mnit RR: 25 x/mnit suhu: 37,20C HR:100x/mnit

A: tujuan belum tercapai

P: intervensi no. 1,2,3,4 dan 5 dilanjutkan


BAB IV
PEMBAHASAN

Pada stadium I Ca endometrium tidak memerlukan radiasi karena pada stadium I belum bermetastasis ke jaringan disekitarnya. Pada stadium II dilakukan histerektomi radikal modifikasi, deseksi kelenjar getah bening pelvis, bilasan peritoneum, biopsi omenteum (omentektomi partialis),biopsi peritoneum. Pada stadium III dan IV : operasi dan/atau radiasi dan/atau kemoterapi. Di berikan pada pasien dengan kanker endometrium residif. Pengangkatan tumor merupakan terapi yang utama, walaupun telah bermetastasis ke abdomen.
Pada kasus di atas klien menderita Ca endometrium sudah lama. Nyeri berhubungan dengan agen injuri biologi sebagai prioritas diagnosa karena klien merasakan nyeri seperti tertusuk-tusuk pada malam hari selama 15 menit dengan skala nyeri klien 7. Selain itu nyeri terjadi karena perdarahan pervaginam berupa flek-flek sejak 1 bulan yang lalu. Intervensi yang direncanakan untuk mengatasi nyeri yang diderita klien belum tercapai karena hal ini butuh waktu dan proses, tetapi dengan pemberian asam mefenamat 500mg per oral sudah dapat membuat klien merasa rileks dan nyeri yang klien rasakan sudah berkurang. Selain itu sebagai perawat kita juga melakukan tindakan mandiri, yaitu mengajarkan tehnik non farmakologi (kompres hangat) sebelum nyeri meningkat dan membantu menemukan posisi kenyamanan klien (semi fowler). Kemudian diagnose kedua adalah cemas. Alasan kami mengangkat diagnose ini karena dengan cemas maka akan terjadi pula gangguan pola tidur. Hal yang perlu dilakukan adalah memberikan lingkungan yang nyaman, tenang dan memberikan respon positif pada klien untuk mengungkapkan cemasnya. Dengan memberikan lingkungan yang nyaman, tenang dan memberikan respon positif pada klien untuk mengungkapkan cemasnya maka klien akan merasa lebih rileks mengungkapkan perasaannya,nyaman dan klien akan lebih tenang.
Diagnose yang ketiga adalah gangguan pola tidur, keadaan di mana klien mengalami kesulitan untuk tidur karena cemas yang dialami klien. Dengan pemberian lingkungan yang tenang dan meminimalkan gangguan pada klien maka klien akan merasa lebih tenang dan waktu istirahat klien akan lebih lama. Intervensi yang telah kita rencanakan dan telah kita lakukan pada klien masih belum tercapai, tetapi intervensi-intervensi yang sekiranya masih diperlukan klien akan terus diberikan untuk memulihkan kondisi klien.
Sebagai perawat professional, dalam membuat perencanaan atau intervensi tidak semuanya harus diterapkan, karena dalam menerapkan intervensi harus melihat bagaiaman kondisi klien saat ini dan tetap dibutuhkan perubahan-perubahan dalam membuat intervensi. Hal ini bisa terjadi sesuai dengan keadaan klien dan kebutuhan klien.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada organ endometrium atau pada dinding rahim. Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah pir sebagai tempat tertanam dan berkembangnya janin. kanker endometrium kadang-kadang disebut kanker rahim, tetapi ada sel-sel lain dalam rahim yang bisa menjadi kanker seperti otot atau sel miometrium. kanker endometrium sering terdeteksi pada tahap awal karena sering menghasilkan pendarahan vagina di antara periode menstruasi atau setelah menopause. Dari kasus yang kami angkat terdapat beberapa diagnosa yaitu nyeri berhubungan dengan agen injuri biologi, keletihan berhubungan dengan keadaan penyakit, cemas berhubungan dengan ancaman konsep diri.

B. Saran
1. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh yang meliputi biopsikososialkultural.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari berbagai referensi tentang Asuhan keperawatan Pada pasien dengan penyakit Ca endometrium.
3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi masalah Pada pasien dengan penyakit Ca endometrium









DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth.(2002). Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta. EGC
Santosa, Budi.(2006).Diagnosa Keperawatan NANDA.Jakarta. EGC
Whoellan.(2009).kanker endometrium.http://dokter-herbal.com/kanker-endometrium.html. yogyakarta 28 Mei 2011. 18.00 WIB
Wilkinson, Judith M.(2006).Diagnosa Keperawatam NIC-NOC.Jakarta. EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar