Jumat, 08 Juli 2011

Insufisuensi Aorta

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Karl et al melakukan penelitian terhadap 246 pasien yang menderita regurgitasi aorta yang berat,di dapatkan angka kematian lebih tinggi dari yang di harapkan 910 tahun,34 ± 5%,p <0 data-blogger-escaped-akhir="akhir" data-blogger-escaped-angka="angka" data-blogger-escaped-br="br" data-blogger-escaped-dan="dan" data-blogger-escaped-di="di" data-blogger-escaped-diameter="diameter" data-blogger-escaped-fungsional="fungsional" data-blogger-escaped-harapan="harapan" data-blogger-escaped-hidup="hidup" data-blogger-escaped-kelas="kelas" data-blogger-escaped-kesakitan="kesakitan" data-blogger-escaped-kiri.="kiri." data-blogger-escaped-konservatif.="konservatif." data-blogger-escaped-meningkat="meningkat" data-blogger-escaped-pada="pada" data-blogger-escaped-pasien="pasien" data-blogger-escaped-prediksi="prediksi" data-blogger-escaped-secara="secara" data-blogger-escaped-sistolik="sistolik" data-blogger-escaped-terapi="terapi" data-blogger-escaped-tergantung="tergantung" data-blogger-escaped-tinggi="tinggi" data-blogger-escaped-umur="umur" data-blogger-escaped-ventrikel="ventrikel" data-blogger-escaped-yang="yang"> Dari penelitian prospektif di Eropa terhadap pasien dengan kelainan katup ini masih perlu tindakan intervensi yang segera. Jenis kelainan katup yang sering di dapatkan adalah stenosis aorta 43,1% dari 1197 pasien,regurgitasi mitral 31,5% dari 877 pasien, regurgitasi aorta 13,3% dari 369 pasien,stenosis mitral 12,1% dari 336 pasien. Kelainan degeneretif masih merupakan penyebab tersering regurgitasi aorta. Dari studi Framingham di dapatkan 4,9% angka kejadian regurgitasi aorta dan 10% dari strong heart study terhadap 250 pasien

B. Tujuan umum
Mahasiswa mengetahui tentang asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan gangguan insufisiensi aorta.
Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian insufisuensi aorta
2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi insufisiensi aorta
3. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis dari isufisiensi aorta
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari insufisiensi aorta
5. Mahasiswa mampu menjelaskan pathways dari insufisiensi aorta
6. Mahasiswa memahami pemeriksaan penunjang pada pasien insufisiensi aorta
7. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada pasien insufisiensi aorta
8. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan insufisiensi aorta
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi

Insufisiensi katup aorta (regurgitasi) adalah kembalinya darah ke ventrikel kiri dari aorta selama diastol. Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana terjadi refluk (aliran balik) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi. Insufisiensi aorta menimbulkan refleks darah dari aorta kedalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi ventrikel. Pada prinsipnya, jaringan perifer dan ventrikel kiri bersaing untuk mendapatkan darah yang keluar dari ventrikel selama sistolik. Besarnya aliran darah ke dalam atau run of ke perifer terhadap aliran retrograde ke ventrikel tergantung dari derajat penutupan katup, dan resistensi relative terhadap aliran darah antara perifer dan ventrikel.(arif muttaqin)


B. Etiologi

Insufisiensi darah dari aorta ke ventrikel kiri dapat terjadi dalam 2 macam kelainan artifisial yaitu:
1. Dilatasi pangkal aorta seperti yang ditemukan pada :
a. Penyakit kolagen
b. Aortitis sifilitika
c. Diseksi aorta
2. Penyakit katup artifisial
a. Penyakit jantung reumatik
b. Endokarditis bakterialis
c. Aorta artificial congenital
d. Ventricular septal defect (VSD)
e. Ruptur traumatik
f. Aortic left ventricular tunnel

3. Genetik
a. Sindrom marfan
b. Mukopolisakaridosis

C. Manifestasi klinis

Insufisiensi aorta biasanya berkembang tanpa disadari dan manifestasi awalnya adalah pasien merasakan debar jantung bertambah kuat. Denyutan arteri dapat jelas terlihat atau teraba di prekordium. Denyutan arteri leher juga jelas terlihat. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan dan volume darah yang diejeksikan dari ventrikel kiri yang mengalami hipertrofi. Kemudian diikuti dispnu saat latihan dan mudah letih. Tanda dan gejala gagal ventrikel kiri meliputi sesak napas, terutama malam hari (ortopnu, paroksismal, nocturnal dispnu) dan hal tersebut terjadi disertai regurgitasi sedang sampai berat.
Tekanan nadi (perbedaan antara tekanan sistol dan diastol) biasanya melebar pada pasien ini. Salah satu tanda khusus pada penyakit ini adalah denyut nadi yang terasa di jari pada saat palpasi, terjadi secara cepat dan tajam dan tiba-tiba kolaps (denyut water-hammer). Sifat gelombang nadi seperti ini dapat dibedakan, karena meningkat dengan cepat mencapai puncaknya dan segera kolaps.
Diagnosa ditegakan dengan EKG, ekokardiogram dan kateterisasi jantung.






D. Patofisiologi

Insufisiensi aorta disebabkan oleh lesi peradangan yang merusak bentuk bilah katup aorta, sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup lumen aorta dengan rapat selama diastol dan akibatnya menyebabkan aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri. Defek katup ini bisa disebabkan oleh endokarditis, kelainan bawaan, atau penyakit seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang menyebabkan dilatasi atau sobekan aorta asendens.
Karena kebocoran katup aorta saat diastol, maka sebagian darah dalam aorta, yang biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ke ventrikel kiri, sehingga ventrikel kiri harus mengatasi keduanya yaitu mengirim darah secara normal diterima dari atrium kiri ke ventrikel melalui lumen ventrikel, maupun darah yang kembali dari aorta. Ventrikel kiri kemudian melebar dan hipertrofi untuk mengakomodasi peningkatan volume ini, demikian juga akibat tenaga mendorong yang lebih dari normal untuk memompa darah, menyebabkan tekanan darah sistolik meningkat. Sistem kardiovaskuler berusaha mengkompensasi melalui reflek dilatasi pembuluh darah; arteri perifer melemah, sehingga tekanan perifer turun dan tekanan diastolic turun drastis.

E. Pemeriksaan penunjang
1. Elektrokardiogram : Hipertropi ventrikel kiri
2. Radiogram dada : Pembesaran ventrikel kiri, dilatasi aorta proksimal
3. Echocardiogramm : Struktur dan gerakan katup yang abnormal.
4. Kateterisasi jantung : Ventrikel kiri tampak opag selama penyuntikan bahan kontras kedalam pangkal aorta
5. Aortography
6. Peningkatan cardiac iso enzim (cpk & ckmb)



F. Komplikasi

1. Cardiomegali
Pada regurgitasi katup aorta , darah mengalir kembali ke ventrikel dari aorta tepat setelah ventrikel memompakan darah ke aorta. Pada regurgitasi aorta otot ventrikel kiri mengalami hypertrofi akibat peningkatan beban kerja ventrikel. Pada regurgitasi ruang ventrikel kiri juga membesar untung menampung seluruh darah yang kembali dari aorta. Kadang-kadang massa otot ventrikel kiri bertambah empat sampai lima kali lipat, membuat jantung kiri sangat besar.
2. Gagal ventrikel kiri
Pada stadium awal regurgitasi aorta, kemampuan intrinstik ventrikel kiri untuk beradaptasi terhadap peningkatan beban dapat menghindari gangguan yang berarti pada fungsi sirkulasi selama beristirahat, di luar peningkatan hasil kerja yang dibutuhkan oleh ventrikel kiri.
3. Edema paru
Di atas tingkat kritis kelainan katup aorta, ventrikel kiri akhirnya tidak dapat menyesuaikan diri lagi dengan beban kerja. Akibatnya ventrikel kiri melebar dan curah jantung mulai turun, pada saat yang bersamaan darah tertimbun di atrium kiri dan di paru-paru di belakang ventrikel kiri yang kepayahan. Tekanan atrium kiri meningkat secara progresif dan muncul edema di paru-paru.
4. Hipoksia jaringan
Efek lain yang membantu mengompensasi penurunan hasil bersih pemompaan ventrikel kiri ialah peningkatan volume darah. Hal ini adalah akibat dari penurunan awal yang kecil pada tekanan arteri, di tambah refleks sirkulasi perifer yang menurunkan induksi tekanan. Peningkatan volume darah cenderung meningkatkan aliran balik vena ke jantung, hal ini selanjutnya menyebabkan ventrikel kiri memompakan darah dengaqn tekanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengimbangi dinamika pemompaan yang abnormal.


G. Penatalaksaan medis

Penggantian katup aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang tepat untuk penggantian katup masih kontoversial. Pembedahan dianjurkan pada semua pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri tanpa memperhatikan ada atau tidaknya gejala lain. Bila pasien mengalami gejala gagal jantung kongestif, harus diberikan penatalaksanaan medis sampai dilakukannya pembedahan.

H. Diangnosa keperawatan
1. Nyeri dada yang berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan oksigen dengan suplai darah ke miokardium akibat sekunder aliran darah yang menurun pada arteri koroner.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas ventrikel kiri yang memompa darah.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveoli dan retensi cairan interstitial akibat skunder dari edema paru.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung ke jaringan.













I. Pathway










Volume sekuncup

















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus terkait

Ny. K 34 tahun datang ke poliklinik RSCM dengan keluhan merasakan debar jantung bertambah kuat dan terasa nyeri pada dada dengan skala 6. Pasien mengatakan tidak dapat beraktifitas karena merasakan perasaan lelah dan lemah. Denyutan arteri dapat jelas terlihat atau teraba di prekordium. Denyutan arteri leher juga jelas terlihat kemudian diikuti dispnu saat beraktivitas berat dan mudah letih sesak napas terutama pada malam hari TD: 140/100 nadi: 110x/mnt suhu:37 RR:20x/mnt BB: 49/142 IMT: 24,74 (Normal). Dari hasil Radiogram dada di dapatkan pembesaran ventrikel kiri, dilatasi aorta proksimal direncanakan untuk dilakukan pembedahan yang akhirnya akan menentukan terapi apa yang akan diberikan pada pasien selanjutnya.

B. Pengkajian

Nama Perawat : wawan
Tanggal Pengkajian : 16 Juni 2011
Jam Pengkajian : 07 : 30 WIB
a. Identitas Pasien :
Nama : Ny. K
Umur : 34 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Status pernikahan : menikah
Alamat : kledokan
Tanggal Masuk RS : 16 juni 2011
Diagnosa Medis : insufisiensi aorta
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : kledokan
Hubungan dengan klien : suami
c. Keluhan Utama : nyeri
d. Riwayat Penyakit :
 Riwayat Penyakit Sekarang
dispnu saat latihan dan mudah letih sesak napas terutama pada malam hari

 Riwayat Penyakit Dahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami : -
2) Alergi : Tidak ada alergi terhadap obat obatan, makanan.
3) Imunisasi : -
4) Kebiasaan : tidak Merokok
5) Obat-obatan
a. Lamanya : -
b. Macam : -
 Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada
e. Pemeriksaan Fisik
- Tingkat kesadaran
Pasien kelihatan lemah
- Pemeriksaan tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 140/100 mmHg
Nadi : 110 x/menit
Suhu : 370C
Respiratori Rate ( RR ) : 20 x/menit.
f. Pola Aktifitas dan Latihan

1. Tidur dan istirahat
1) Lama tidur : 8 jam/hari Tidur siang: Ya, 2 jam
2) Kesulitan tidur di RS : Ya
3) Alasan : Merasa gelisah dan lingkungannya tidak kondusif
4) Kesulitan tidur : Mudah/sering terbangun

2. Kenyamanan dan nyeri : pasien mengeluh nyeri, debar jantung yang sangat kuat

g. Pola Nutrisi
1) Frekuensi makan : 2x/hari
2) Berat Badan / Tinggi Badan : 49/142
3) IMT : 24,74 (Normal)
4) Makanan pantang : Tidak ada pantangan
5) Nafsu makan : Kurang
6) Masalah pencernaan : -
7) Riwayat operasi / trauma gastrointestinal: Tidak pernah\

h. Eliminasi fekal/bowel
1) Frekuensi : 1x/hari Penggunaan pencahar: Tidak Ada
2) Waktu : Pagi
3) Warna : Kuning kecoklatan
4) Ggn. Eliminasi bowel : -

i. Eliminasi urin
1) Frekuensi : 2x/hari Penggunaan pencahar: Tidak Ada
2) Warna : kecoklatan Darah: tidak ada
3) Ggn. Eliminasi : -
4) Riwayat dahulu : Tidak Ada
5) Penggunaan kateter : tidak


C. Analisa data

Nama klien : Ny K
Umur :34 thn
Diagnosa medis : insufisiensi aorta
Alamat : kledokan
Tggl/jam Data focus Etiologi Problem
DO: Denyutan arteri leher klien juga jelas terlihat TD: 140/100 nadi: 110x/mnt suhu:37 RR:20x/mnt

DS: - klien merasakan debar jantung bertambah kuat
- klien mengatakan tidak dapat beraktifitas karena merasakan perasaan lelah dan lemah
Peningkatan beban kerja ventrikuler Penurunan curah jantung
DO: Denyutan arteri leher klien juga jelas terlihat TD: 140/100 nadi: 110x/mnt suhu:37 RR:20x/mnt
DS: klien mengatakan dispnu saat latihan dan mudah letih sesak napas terutama pada malam hari Deformitas dinding dada
Pola napas tidak efektif

DO: Denyutan arteri klien dapat jelas terlihat atau teraba di prekordium. TD: 140/100 nadi: 110x/mnt suhu:37 RR:20x/mnt
DS: Klien mengatakan debar jantung bertambah kuat dan terasa nyeri pada dada dengan skala 6 Agen injuri biologi nyeri


D. Prioritas diagnose

1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan beban kerja ventrikular ditandai dengan klien merasakan debar jantung bertambah kuat, klien mengatakan tidak dapat beraktifitas karena merasakan perasaan lelah dan lemah, Denyutan arteri leher klien juga jelas terlihat TD: 140/100 nadi: 110x/mnt suhu:37 RR:20x/mnt
2. Pola napas tidak efektif b.d deformitas dinding dada ditandai dengan klien mengatakan dispnu saat latihan dan mudah letih sesak napas terutama pada malam hari, denyutan arteri leher klien juga jelas terlihat TD: 140/100 nadi: 110x/mnt suhu:37 RR:20x/mnt.
3. Nyeri b.d agen injuri biologi ditandai dengan klien mengatakan debar jantung bertambah kuat dan terasa nyeri pada dada dengan skala 6 , Denyutan arteri klien dapat jelas terlihat atau teraba di prekordium TD: 140/100 nadi: 110x/mnt suhu:37 RR:20x/mnt



E. Rencana tindakan

Nama klien : Ny K
Umur :34 thn
No. Dx keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi Nama / TTD
1 Penurunan curah jantung b.d peningkatan beban kerja ventrikular.
Setelah dilakukan tindakan kep. 3x24 jam diharapkan:
- Klien tidak merasa debar jantung
- Klien tidak merasa lelah dan lemah saat beraktivitas, TD: 120/90 nadi: 80x/mnt 1. Kaji TTV
2. Ubah posisi klien setiap 2 jam
3. Anjurkan banyak istirahat
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter)
5. Pantau frekuensi jantung dan irama 1. Mengidentifikasi TTV klien
2. Untuk menemukan posisi kenyamanan klien
3. Untuk mengurangi aktivitas klien
4. Untuk pemberian oksigen
5. Untuk mengetahui perubahan frekuensi dan irama jantung

2 Pola napas tidak efektif b.d deformitas dinding dada ditandai dengan klien mengatakan dispnu saat latihan dan mudah letih sesak napas terutama pada malam hari, denyutan arteri leher klien juga jelas terlihat TD: 140/100 nadi: 110x/mnt suhu:37 RR:20x/mnt
Setelah dilakukan tindakan kep. 3x24 jam diharapkan pola napas klien efektif dengan KH: klien tidak sesak napas lagi, TD:120/90 nadi:90x/mnt suhu:37 RR:20x/mnt 1. kaji TTV klien
2. ajarkan kepada pasien dan kluarga tentang tehnik relaksasi
3. berikan posisi yang nyaman pada klien
4. kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain 1. mengidentifikasi TTV klien
2. untuk meningkatkan pola napas klien
3. untuk mengoptimalkan pernapasan klien
4. untuk pemberian oksigen mengidentifikasi
3 Nyeri b.d agen injuri biologi ditandai dengan klien mengatakan debar jantung bertambah kuat dan terasa nyeri pada dada dengan skala 6, Denyutan arteri klien dapat jelas terlihat atau teraba di prekordium TD: 140/100 nadi: 110x/mnt suhu:37 RR:20x/mnt. Setelah dilakukan tindakan kep. 3x24 jam diharapkan nyeri klien berkurangdengan KH: klien mengatakan nyeri berkurang, skala 4, TD: 120/90 nadi:90x/mnt suhu:37 RR:20x/mnt 1. kaji TTV klien
2. kaji nyeri secara komprehensif
3. ajarkan penggunaan tehnik nonfarmakologi (relaksasi, masase)
4. kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter) pemberian analgetik 1. TTV klien
2. mengidentifikasi nyeri sehingga dapat menentukan tindakan yang tepat
3. mengalihkan fokus klien terhadap nyeri sehingga nyeri berkurang
4. untuk mengurangi nyeri klien






F. Implementasi

Nama klien : Ny K
Umur :34 thn
Diagnosa medis : insufisiensi aorta
Alamat : kledokan
No. Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama / TTD
1. 16-06-11 09.00




11.20







12.00








12.40 1. mengkaji TTV
S: klien masih mengeluh jantung berdebar

O: TD: 130/100 nadi:110x/mnit

2. mengubah posisi klien setiap 2 jam
S: -

O: klien terlihat tidak nyaman dengan posisi yang diberikan perawat

3. menganjurkan banyak istirahat
S: klien mengatakan tidak bisa istirahat

O: klien terlihat menolak yang dianjurkan perawat

4. berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter)
5. memantau frekuensi jantung dan irama
S: klien mengatakan jantung masih berdebar

O: -
S: klien mengatakan jantungnya masih berdebar

O: Denyutan arteri leher klien masih terlihat TD: 130/100 nadi: 110x/mnt

A: tujuan belum tercapai

P: intervensi no. 1,2,3,4 dan 5 dilanjutkan

2. 16-06-11 09.00





10.20







12.00






13.00 1. mengkaji TTV klien
S: klien mengatakan sudah titak lemah

O: klien terlihat pucat

2. mengajarkan kepada pasien dan kluarga tentang tehnik relaksasi
S:-

O: klien mengikuti yang diajarkan perawat

3. memberikan posisi yang nyaman pada klien
S:-

O: klien terlihat rileks

4. berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain S: klien mengatakan tidak dispnu lagi saat latihan dan masih mudah letih

O: klien masih terlihat sesak napas TD:130/90 nadi:106x/mnt

A: tujuan belum tercapai

P: intervensi no. 1,2,3dan 4 dilanjutkan
3. 16-06-11 09.20




11.00







12.00








12.40 1. mengkaji TTV klien
S:-

O:klien terlihat pucat

2. mengkaji nyeri secara komprehensif
S:-

O:klien melakukan tindakan yang dianjurkan perawat

3. mengajarkan penggunaan tehnik nonfarmakologi (relaksasi, masase)
S:klien merasakan kenyamanan

O:klien terlihat rileks

4. berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter) pemberian analgetik
S: nyeri klien berkurang skala 4.

O: klien masih tampak meringis TD:130/90 nadi:106x/mnt

A: tujuan belum tercapai


P: intervensi no 1,2,3 dan 4 dilanjutkan




















BAB 1V
PEMBAHASAN

Insufisiensi katup aorta (regurgitasi) adalah kembalinya darah ke ventrikel kiri dari aorta selama diastol. Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana terjadi refluk (aliran balik) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi. Insufisiensi aorta menimbulkan refleks darah dari aorta kedalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi ventrikel. Pada prinsipnya, jaringan perifer dan ventrikel kiri bersaing untuk mendapatkan darah yang keluar dari ventrikel selama sistolik. Besarnya aliran darah ke dalam atau run of ke perifer terhadap aliran retrograde ke ventrikel tergantung dari derajat penutupan katup, dan resistensi relative terhadap aliran darah antara perifer dan ventrikel.
Pada kasus di atas klien menderita insufisiensi katup aorta jantung berdebar dan terasa nyeri pada dada ketika akan melakukan aktivitas. Penurunan cerah jantung sebagai prioritas diagnosa karena jantung klien berdebar dan nyeri saat beraktivitas disebabkan oleh tidak dapat menutup secara sempurnanya katup aorta dan menyebabkan aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri. Intervensi yang direncanakan untuk mengatasi penurunan curah jantung yang diderita klien belum tercapai karena hal ini butuh proses, tetapi dengan pemberian oksigen klien sudah merasa lega dan debar jantung yang dirasakan klien sudah berkurang. Selain itu sebagai perawat kita juga melakukan tindakan mandiri, yaitu menganjurkan klien untuk istirahat agar mengurangi debar jantung yang di alami klien. Kemudian diagnose kedua adalah pola nafas tidak efektif. Alasan kami mengangkat diagnose ini karena dengan penurunan curah jantung maka akan terjadi pula pola nafas tidak efektif. Hal yang perlu dilakukan adalah pemasangan oksigen. Dengan pemberian oksigen klien akan terbantu untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh. Setelah kebutuhan oksigen dalam tubuh klien terpenuhi maka klien akan bisa melakukan aktivitasnya dengan baik. Diagnose yang ketiga adalah nyeri, keadaan di mana klien mengalami nyeri saat melakukan aktivitas karena pola napas klien tidak efektif. Dengan pemasangan oksigen dan menyarankan istirahat dengan cukup pada klien, maka pelan-pelan nyeri klien akan dapat berkurang dan bisa melakukan aktivitasnya dengan baik. Intervensi yang telah kita rencanakan dan telah kita lakukan pada klien masih belum tercapai, tetapi intervensi-intervensi akan terus diberikan untuk memulihkan kondisi klien.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
A. Definisi
Insufisiensi katup aorta (regurgitasi) adalah kembalinya darah ke ventrikel kiri dari aorta selama diastol. Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana terjadi refluk (aliran balik) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi.

B. Etiologi
1. Dilatasi pangkal aorta seperti yang ditemukan pada :
a. Penyakit kolagen
b. Aortitis sifilitika
c. Diseksi aorta
2. Penyakit katup artifisial
a. Penyakit jantung reumatik
b. Endokarditis bakterialis
c. Aorta artificial congenital
d. Ventricular septal defect (VSD)
e. Ruptur traumatik
f. Aortic left ventricular tunnel
3. Genetik
a. Sindrom marfan
b. Mukopolisakaridosis


C. Manifestasi klinis

Insufisiensi aorta biasanya berkembang tanpa disadari dan manifestasi awalnya adalah pasien merasakan debar jantung bertambah kuat. Denyutan arteri dapat jelas terlihat atau teraba di prekordium. Denyutan arteri leher juga jelas terlihat. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan dan volume darah yang diejeksikan dari ventrikel kiri yang mengalami hipertrofi. Kemudian diikuti dispnu saat latihan dan mudah letih. Tanda dan gejala gagl ventrikel kiri meliputi sesak napas, terutama malam hari (ortopnu, paroksismal, nocturnal dispnu) dan hal tersebut terjadi disertai regurgitasi sedang sampai berat.
Tekanan nadi (perbedaan antara tekanan sistol dan diastol) biasanya melebar pada pasien ini. Salah satu tanda khusus pada penyakit ini adalah denyut nadi yang terasa di jari pada saat palpasi, terjadi secara cepat dan tajam dan tiba-tiba kolaps (denyut water-hammer). Sifat gelombang nadi seperti ini dapat dibedakan, karena meningkat dengan cepat mencapai puncaknya dan segera kolaps.
Diagnosa ditegakan dengan EKG, ekokardiogram dan kateterisasi jantung.



D. Patofisiologi

Insufisiensi aorta disebabkan oleh lesi peradangan yang merusak bentuk bilah katup aorta, sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup lumen airta dengan rapat selama diastol dan akibatnya menyebabkan aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri. Defek katup ini bisa disebabkan oleh endokarditis, kelainan bawaan, atau penyakit seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang menyebabkan dilatasi atau sobekan aorta asendens.

E. Pemeriksaan penunjang
1. Elektrokardiogram : Hipertropi ventrikel kiri
2. Radiogram dada : Pembesaran ventrikel kiri, dilatasi aorta proksimal
3. Echocardiogramm : Struktur dan gerakan katup yang abnormal.
4. Kateterisasi jantung : Ventrikel kiri tampak opag selama penyuntikan bahan kontras kedalam pangkal aorta
5. Aortography
6. Peningkatan cardiac iso enzim (cpk & ckmb)

F. Penatalaksaan medis

Penggantian katup aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang tepat untuk penggantian katup masih kontoversial. Pembedahan dianjurkan pada semua pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri tanpa memperhatikan ada atau tidaknya gejala lain. Bila pasien mengalami gejala gagal jantung kongestif, harus diberikan penatalaksanaan medis sampai dilakukannya pembedahan.


G. Saran

1. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh yang meliputi biopsikososialkultural.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari berbagai referensi tentang Asuhan keperawatan Pada pasien dengan penyakit insufisiensi aorta
3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi masalah Pada pasien dengan penyakit insufisiensi aorta

BAB V1
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner and Suddarth.(2002). Keperawatan Medikal Bedah.EGC Jakarta
2. Muttaqin, Arif (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Salemba Medika. Jakarta.
3. NANDA
4. NIC-NOC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar